$3%73.....Serasa d'Jepang

$3%73.....Serasa d'Jepang
$@ku%@

Kamis, 30 Juni 2011

DONGENG “ KURA – KURA PEMARAH “

DONGENG
“ KURA – KURA PEMARAH “

Dahulu, seekor kura-kura dan dua ekor burung bangau tinggal di tepi sebuah danau. Mereka merupakan kawan akrab. Mereka tertawa dan mengobrol bersama-sama sepanjang hari.
Bertahun-tahun berlalu dalam damai dan bahagia. Sekali musim panas sungai-sungai dan danau kekerigan.
Tak ada hujan turun. Binatang-binatang ang kehausan itu sangat menderita. Burung-burung mulai beterbangan menyingkir ke tempat jauh mencari air.
Kura-kura dan bangau itu juga sanagat kawatir. “ Kita juga harus meninggalkan danau ini,” kata si bangau dengan sedih.
Mereka mendatangi kura-kura dan berkata, “ Kawan ! Kita telah hidup bersama bertahun-tahun. Tetapi sekarang kami harus pergi. Selamat tinggal dan semoga selamat!”
Tampak si kura-kura sangat sedih. Dengan air mata meleleh ia berkata,”bagaimana kalian dapat meninggalkan aku sendirian disini? Apakah aku ini bukan kawan kalian? kaliankah tahu bahwa aku pasti akan mati tanpa air. Mohon bawalah aku serta.”
Bangau itu menjawab, ”wahai kura-kura, kami sebenarnya idak ingin meninggalkan kamu. Tetapi kamu tak dapat terbang bersama kami.
Si kura-kura berfikir keras. Tiba-tiba dia mendapat akal. pergi bersamamu.”
“baiklah kawan,” katanya sambil tersenyum.”aku tak dapat terbang seperti kalian tetapi aku masih dapat pergi bersamamu.”
Burung bangau itu terheran-heran.”bagaimana mungkin?”mereka bertanya.
“sederhana saja,”jawab kura-kura.”pertama-tama carikan aku tongkat panjang yang kuat. Lalu kalian berdua memegang masing-masing ujung tongkat itu dengan paruh kalian. Aku akan berpegangan dengan mulutku dan bergantungan di tengah-tengahnya kemudian kita semua dapat terbang menuju tempat di mana banyak terdapat air.”
Burung-burung bangau itu berkata,”Wah akal yang luar biasa ! kami akan mencari tongkat yang kuat segera. “
Sebelum meninggalkan tempat itu si kura-kura berpesan, “ Kawan bangau, hati-hati ya, jangan menjatuhkanku.”
Burung bangau itu menggeleng-gelengkankepalanya dan berkata, “ ya tentu saja kami akan hati-hati. Tetapi kamu harus berjanji juga. Jangan membuka mulutmu semetara kami terbang. Kalau tidak kamu pasti jatuh dan lehermu akan patah.”
Kura-kura berjanji,” Aku tidaklah sebodoh itu. Aku tak akan berkata sepatah katapun.”
Burung bangau itu memegang kedua ujung tongkat dengan paruhnya, dan si kura-kura bergantungan di tengah.
Sambil mengepakkan sayapnya, burung banagau itu mulai terbang. Semakin tinggi mereka terbang di langit biru. Mereka terbang melintasi tanah, pegunungan dan kebun yang baru. Akhirnya mereka terbang di atas hutan yang banyak binatangnya. Segera berkerumun binatang-binatang di jalan. Mereka memandang ke atas melihat pemandangan yang aneh.
“ Apa itu ?”, kata monyet tua,”Aku tak pernah melihat pemandangan yang sangat lucu ini selama hidupku !” Anak-anak hewan yang masih kecil tertawa keras-keras dan bertepuk tangan. “Eeee…lihatlah bangau yang membawa seekor kura-kura. Ha,ha,ha…”
Si kura-kura sangat marah dan heran, “ Mengapa kelompok orang itu menertawakanku?” ia keheranan.
Semakin lama semakin banyak hewan yang keheranan dan mengolok-olok kura-kura dan kedua bangau itu.
Dasar si kura-kura yang tak dapat menahan emosi. Ia mudah marah dan tak dapat menahan kemerahannya lagi mendengar olok-olok hewan di bawahnya.
“Aku akan balas caci- maki mereka!” gumam si kura-kura. Ia melupakan janjinya pada sang bangau.
Ia membuka mulutnya untuk mengatakan sesuatu dan hup! Peganganya lepas jatuh ketanah dengan keras. Kura-kura bodoh dan malang itu tentu saja terjatuh kebawah dengan meluncur deras. Tubuhnya menghantam batu keras dan tewaslah seketika itu juga.
“Ah, kura-kura ....”bisik bangau dengan menyesal.

batasan sempit dan batasan luas pengertian kritik sastra menurut tokoh-tokoh

Batasan sempit dan batasan luas pengertian kritik sastra menurut tokoh-tokoh

1. Klasifikasikan mana batasan sempit dan batasan luas pengertian kritik sastra menurut tokoh-tokoh! Berikan alasannya !
Jawab :
Batasan kritik sastra yang sempit :
1. Kritik sastra adalah salah satu jenis esai, yaitu pertimbangan baik atau buruknya suatu hasil karya sastra (mungkin ada alternatif lain). Rumusan ini ada benarnya bila yang dimaksud kritik sastra adalah semacam penilaian, tanggapan, dan komentar terhadap suatu karya sastra. (HB Jassin)
Analisis: teori ini merupakan teori yang mencari baik buruknya karya sastra, mengandung pertimbangan nilai, dan berbentuk tertulis. Jadi, teori ini mengandung cakupan yang sempit

2. Kritik sastra adalah keterangan, kebenaran analisis atau judgment suatu karya sastra. (William F. Thrall dan Addison Hibbard)
Analisis: teori ini merupakan teori yang hanya menggunakan analisis dalam menilai karya sastra, dan bersifat menghakimi karya sastra, serta berbentuk tertulis. Jadi, teori ini mengandung cakupan yang sempit.

3. Kritik sastra adalah suatu bentuk kegiatan evaluasi yang memandang karya sastra sebagai objek bagi pengalaman estetik. (Stolnitz)
Analisis: teori ini merupakan teori yang hanya mengevaluasi karya sastra, berbentuk bisa tertulis atau lisan. Jadi, teori ini memiliki cakupan yang sempit.

4. Kritik sastra adalah proses kegiatan evaluasi karya sastra dengan kecenderungan untuk menyajikan suatu keputusan akhir yang menentukan nilai karya sastra yang dikritik dalam pembandingannya dengan karya sastra lain yang sejenis. (Feldmen)
Analisis: teori ini merupakan teori yang hanya bersifat menilai dan membandingkan karya sastra dan cenderung menghakimi saja. Teori ini berbentuk tertulis. Jadi, teori ini memiliki cakupan yang sempit.

5. Kritik sastra adalah suatu studi yang rinci dan apresiatif tentang suatu karya sastra. (Flaccus)
Analisis: teori ini merupakan teori yang hanya bersifat apresiatif, dan berbentuk tertulis. Jadi, teori ini memiliki cakupan yang sempit.

6. Kritik sastra adalah studi sastra untuk menghakimi karya sastra, untuk memberi penilaian dan keputusan mengenai bermutu tidaknya suatu karya sastra. (Rachmad Djoko Pradopo)
Analisis: teori ini merupakan teori yang memiliki batasan kritik sastra yang hanya menilai dan memutuskan sebuah karya sastra itu bermutu atau tidak. Teori ini mencakup makna yang sangat sempit.

7. Kritik sastra adalah seluruh pembicaraan karya sastra meliputi teori sastra, teori simbol-simbol sastra, teori mitos, dan teori genre sastra. (Northrop Frye)
Analisis: teori ini merupakan teori yang berdasarkan teori-teori yang telah ada, dan berbentuk tertulis. Jadi, teori ini merupakan teori yang mencakup makna yang sempit.
Batasan kritik sastra yang luas

1. Kritik sastra adalah usaha pembaca dalam mencari dan menentukan nilai hakiki karya sastra melalui proses pemahaman dan penafsiran yang sistematik, yang dinyatakan dalam bentuk tertulis. (Andre Hardjana)
Analisis: teori ini merupakan teori yang mencari dan menentukan nilai karya sastra baik atau buruk, memiliki dasar semantik dan berbentuk tertulis. Jadi, teori ini mengandung cakupan yang luas.

2. Kritik sastra adalah suatu kegiatan yang meliputi mencari kesalahan, memuji, menilai, membandingkan, dan menikmati suatu karya sastra. (Gayley dan Scott)
Analisis: teori ini merupakan teori yang tidak hanya sekedar mencari baik dan buruknya karya sastra ataupun membandingkan, tetapi juga memuji dan menikmati (apresiasi) karya sastra serta berbentuk tertulis. Jadi, teori ini mengandung cakupan yang luas.

3. Kritik sastra adalah studi yang berhubungan dengan pendefinisian, penggolongan, penguraian, dan penilaian suatu karya sastra. (MH Abrams)
Analisis: teori ini merupakan teori yang menilai karya sastra, dan menggolongkan dan mendefinisikan karya sastra serta berbentuk tertulis. Jadi, teori ini mengandung cakupan yang luas.

4. Kritik sastra adalah penghakiman yang dilakukan oleh seseorang yang ahli atau memiliki suatu kepandaian khusus untuk membedah karya sastra, memeriksa kebaikan-kebaikan dan cacat-celanya, dan menyatakan pendapatnya tentang hal tersebut. (William Henry Hudson).
Analisis: teori ini merupakan teori yang menilai karya sastra dengan cara menghakimi dan mengapresiasikannya, serta berbentuk tertulis. Jadi, teori ini memiliki cakupan yang luas.

5. Kritik Sastra adalah suatu kegiatan penilaian, interpretasi sebab belum ada ukuran yang baku dan ukuran itu sendiri tidak dapat disusun, penilaian dan interpretasi. (LL Duroche)
Analisis: teori ini merupakan teori yang bersifat menilai, tanpa dasar yang pasti, berbentuk apresiasi, serta berbentuk tertulis. Jadi, teori ini memiliki cakupan yang luas.

6. Kritik sastra adalah adalah menjelaskan nilai karya sastra dalam suatu cara yang khusus dengan memperhatikan deskripsinya, memberikan nilai estetik dari karakteristik kesatuannya yang utuh sebagai dasar penilaian atas baik buruknya suatu karya sastra. (Osborn)
Analisis: teori ini merupakan teori yang bersifat menilai, mengapresiasi karya sastra, menggunakan dasar-dasar nilai yang ada, dan berbentuk tertulis. Jadi, teori ini mengandung cakupan yang luas.

7. Kritik sastra merupakan studi sastra yang langsung berhadapan dengan karya sastra, secara langsung membicarakan karya sastra dengan penekanan pada penilaian. (Rene Wellek)
Analisis: teori ini merupakan teori yang bersifat menilai, dan berbentuk tertulis atu bisa juga berbentuk lisan. Teori ini mencakup pengertian yang luas
.
8. Kritik sastra bukanlah dalam arti yang sempit: penyuntingan, penetapan teks, interpretasi, dan pertimbangan nilai; melainkan juga meliputi segala hal tentang: apakah kesusastraan itu, untuk apa kesusastraan itu, dan bagaimana hubungannya dengan masalah-masalah kemanusiaan yang lain. (Graham Hough)
Analisis: teori ini merupakan teori yang memiliki batasan dari teori kritik sastra tersebut tidak hanya penilaian sebuah karya sastra, tetapi juga mengkaji arti, manfaat, dan kaitan masalah kemanusiaan yang lain, serta berupa tulisan. Teori ini mencakup makna yang sangat luas.

9. Kritik sastra adalah pembicaraan atau tulisan yang membanding- bandingkan, menganalisis, menafsirkan, dan menilai karya sastra. (Panuti Sudjiman)
Analisis: teori ini merupakan teori yang mengandung makna membandingkan, bersifat menilai dengan mengartikan, dan dapat berbentuk lisan maupun tulisan. Jadi, teori ini mengandung cakupan makna yang luas.

2. Carilah batasan makna kritik sastra di luar tokoh-tokoh tersebut! 3 saja!
Jawab :
a. Kritik sastra adalah studi dan evaluasi karya seni seseorang, sebagaimana juga memformulasikan metodologi yang bersifat umum atau prinsip-prinsip estetika karya tersebut. ( C. Hugh Holman ).
Analisis : Teori ini merupakan batasan yang sempit, karena dalam evaluasi hanya memformulasikan metodologi metode yang bersifat umum atau prinsip estetika saja.

b. Kritik sastra adalah baik buruknya suatu hasil kesusastraan dengan memberikan alasan-alasan mengenai isi dan bentuknya. (Partini Sardjono Pradotokusumo, op.cit : 57).
Analisis : Teori ini merupakan batasan yang luas karena menilai baik buruk dengan memberikan alasan mengenai isi dan bentuknya.

c. Kritik sastra merupakan penelusuran dan evaluasi karya sastra yang berorientasi pragmatik berupa esai dan bertujuan untuk membangun hari depan sebagai kriteria utama.( Sutan Takdir Alisjahbana )
Analisis: batasan teori kritik sastra Sutan Takdir Alisjahbana adalah kritik sastra yang berorientasi pragmatik yang menekankah bahwa sastrawan hendaknya lebih luas memasukkan bahan kehidupan ke dalam karya sastranya, bukan hanya masalah percintaan saja, melainkan hendaknya, tertulis karena berupa esai-esai. Teori ini memiliki batasan yang luas.


3. Adakah persamaan dan perbedaan pada pengertian kritik sastra tersebut ?
Jawab :

Jawab : Ada persamaan yaitu pada pendapat

a. C. Hugh Holman dengan Stolnitz
Mereka sama-sama memberikan evaluasi terhadap karya seseorang sebagai pengalaman atau prinsip estetik.
b. Partini Sardjono Pradotokusumo, op.cit : 57 , HB. Jassin dan Osborn
Mereka menilai baik buruk dengan memberikan penjelasan dan nilai estetik terhadap hasil karya sastra.

ANALISIS KRITK EKSPRESIF NOVEL JANTERA BIANGLALA

ANALISIS KRITK EKSPRESIF
NOVEL JANTERA BIANGLALA






Tugas ini disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra
Pengampu : Ibu Dr. Nugraheni Eko Wardani, M.Hum.


Oleh :

1. Anas Charis ( K1209020 / B )
2. Berliana R ( K1209013 / B )
3. Diah Ayu Juni Marhenti ( K1209020 / B )
4. Puput Wulandari ( K1209020 / B )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010
ANALISIS KRITK EKSPRESIF

A. Biografi Penulis

Ahmad Tohari, (lahir di Tinggarjaya, Jatilawang, Banyumas, Jawa Tengah, 13 Juni 1948; umur 61 tahun) adalah sastrawan Indonesia. Ia menamatkan SMA di Purwokerto. Namun demikian, ia pernah mengenyam bangku kuliah, yakni Fakultas Ilmu Kedokteran Ibnu Khaldun, Jakarta (1967-1970), Fakultas Ekonomi Universitas Sudirman, Purwokerto (1974-1975), dan Fakultas Sosial Politik Universitas Sudirman (1975-1976).

Ia pernah bekerja di majalah terbitan BNI 46, Keluarga, dan Amanah. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat (1990) dan menerima Hadiah Sastra ASEAN (1995).

Dukuh Paruk, Lintang Kemukus Dini Hari, dan Jantera Bianglala adalah novel trilogi, yang melukiskan dinamika kehidupan ronggeng di desa terpencil, Dukuh Paruk. Trilogi itu sangat terkenal. Ia pernah bekerja di majalah terbitan BNI 46, Keluarga, dan Amanah. Ia mengikuti International Writing Program di Iowa City, Amerika Serikat (1990) dan menerima Hadiah Sastra ASEAN (1995).

Karya-karyanya :
* Kubah (novel) (novel, 1980)
* Ronggeng Dukuh Paruk (novel, 1982)
* Lintang Kemukus Dini Hari (novel, 1985)
* Jantera Bianglala (novel, 1986)
* Di Kaki Bukit Cibalak (novel, 1986)
* Senyum Karyamin (kumpulan cerpen, 1989)
* Bekisar Merah (novel, 1993)
* Lingkar Tanah Lingkar Air (novel, 1995)
* Nyanyian Malam (kumpulan cerpen, 2000)
* Belantik (novel, 2001)
* Orang Orang Proyek (novel, 2002)
* Rusmi Ingin Pulang (kumpulan cerpen, 2004)
* Ronggeng Dukuh Paruk Banyumasan (novel bahasa Jawa, 2006; meraih Hadiah Sastera Rancagé 2007)

Karya-karya Ahmad Tohari telah diterbitkan dalam bahasa Jepang, Tionghoa, Belanda dan Jerman. Edisi bahasa Inggrisnya sedang disiapkan penerbitannya.

B. Pengertian Kritik Ekspresif

Istilah ”kritik” (sastra) berasal dari bahasa Yunani, yaitu krites yang berarti ”hakim”. Krites sendiri berasal dari krinein ”menghakimi”; kriterion yang berarti ”dasar penghakiman” dan kritikos berarti ”hakim kasustraan” (Baribin, 1993:1, dikutip dari www.detektif-pujangga.blogspot.com).
Kritik sastra dapat diartikan sebagai salah satu objek studi sastra (cabang ilmu sastra) yang melakukan analisis, penafsiran, dan penilaian terhadap teks sastra sebagai karya seni (Sudiman, 1993:2, dikutip dari www.detektif-pujangga.blogspot.com)
Abrams dalam Pengkajian sastra (2005:57, dikutip dari www.detektif-pujangga.blogspot.com), mendeskripsikan bahwa kritik sastra merupakan cabang ilmu yang berurusan dengan perumusan, klasifikasi, penerangan, dan penilaian karya sastra.
Pengertian kritik sastra di atas tidaklah mutlak ketetapannya, karena sampai saat ini, belum ada kesepakatan secara universal tentang pengertian sastra. Namun, pada dasarnya kritik sastra merupakan kegiatan atau perbuatan mencari serta menentukan nilai hakiki karya sastra lewat pemahaman dan penafsiran sistematik yang dinyatakan kritikus dalam bentuk tertulis.
Terdapat beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam kritik sastra. Salah satunya adalah pendekatan kritik ekspresif. Kritik ekspresif (expressive critism) memandang karya sastra terutama dalam hubungannya dengan penulis sendiri. Kritik ini mendefinisikan karya sastra sebagai sebuah ekspresi, curahan, atau ucapan perasaan, atau sebagai produk imajinasi pengarang yang bekerja dengan persepsi-persepsi, pikiran-pikiran, dan perasaannya.
Kritik ini cenderung untuk menimbang karya sastra dengan kemulusan, kesejatian, atau kecocokannya dengan visium (penglihatan batin) individual pengarang atau keadaan pikirannya. Sering kritik ini melihat ke dalam karya sastra untuk menerangkan tabiat khusus dan pengalaman-pengalaman pengarang yang secara sadar atau tidak telah dibukakan ke dalam karyanya. Pandangan semacam ini diperkembangkan terutama oleh kritikus romantik, dan secara luas berlaku di masa kini (Pradopo, 1997:27).

C. Analisis Novel Jantera Bianglala Karya Ahmad Tohari

Dalam Kritik ekspresif mempunyai titik tekan yang berpangkal pada latar belakang kehidupan pengarang, kesadaran dan wawasan budayanya, proses kreatif dan responnya terhadap problem dasar kehidupan manuasia.
Sehingga dalam penulisan novel Jantera Bianglala ini pengarang menggambarkan responnya terhadap problem dasar kehidupan manusia yang ada di sekitar tempat tinggalnya. Banyaknya kejadian yang ada di sekitar tempat tinggal pengarang, menumbuhkan ide penulisan Novel Jantera Bianglala yang merupakan sebuah gagasan dari Ahmad Tohari yang menggambarkan kehidupan dan kegiatan sehari-hari perjalanan hidup seorang Ronggeng di Dukuh Paruk. Perjalanan hidup dan perjuangan seorang Ronggeng yang sangat berliku. Novel ini di ceritakan dengan jelas sehingga seperti keadaan nyata yang sebenarnya.
Tempat dimana Ahmad Tohari tinggal, masyarakatnya pada umumnya adalah seorang petani yang taat pada ajaran islam yang ada. Bisa dibilang keadaan masyarakatnya santun, walaupun pada kenyataannya masih banyak juga terpengaruh oleh ajaran agama lainnya. Ajaran agama lain masih sangat membekas dalam benak masyarakat dimana Ahmad Tohari tinggal. Keadaan masyarakat yang demikian tercermin dalam novel Jantera Bianglala.
Latar belakang kehidupan Ahmad Tohari mempengaruhi proses penciptaan novel Jantera Bianglala. Dalam novel ini ada bagian cerita yang menyangkut dirinya dan keluarganya melalui pengalaman-pengalaman semasa kecil hingga dewasa. Pandangan dunia Ahmad Tohari berhubungan erat dengan struktur novel Jantera Bianglala. Pandangan hidupnya yang tidak menyerah begitu saja pada nasib sebelum ia berusaha tercermin pada novel ini melalui tokoh Rasus. Rasus yg pada awalnya percaya pada nasib pedukuhannya, akhirnya dia sadar dan berusaha mengubah Dukuh Paruk yang dalam keadaan memprihatinkan masih percaya pada hal-hal yang mistik dan belum ada norma yang mengatur, kemudian dia mengubah pedukuhan menjadi keadaan yang sesuai dengan norma agama Islam.

Gaya bahasa dalam novel Jantera Bianglala yaitu banyak perpaduan atau campuran. Pengarang banyak menggunakan bahasa Jawa ditengah- tengah bahasa Indonesia. Ini sesuai kenyataan kehidupan sehari-hari pengarang maupun msyarakat Jawa umumnya.

Sinopsis

Dukuk Paruk menjadi karang abang pada awal tahun 1966. Cukup berpengalaman dengan kegetiran kehidupan, dengan kondisi-konddisi yang bersahaja, kemiskinan, kebodohan sepanjang masa. Peristiwa politik telah menggoncangkan orang-orang Dukuh Paruk kini tinggal puing-puingnya saja. Rumahnya terbuat dari pohon singkong yang ditutupi dengan rumput dan daun pisang kering.
Namun Dukuh Paruk dapat bernafas pertama ketika Sakarya kamitua penduduk pulang. Sakarya pulang dari tahanan selama dua minggu. Tetapi mereka masih gelisah karena orang kebanggaannya yaitu Srintil masih belum kembali ke Dukuh Paruk.
Ada rumah yang masih tersisa ketika Dukuh Paruk terbakar yakni rumah nenek Rasus. Nenek Rasus kini sakit keras karena rindu dengan cucunya. Rasus sudah lebih dari empat tahun telah meninggalkan Dukuh Paruk.
Kini Rarus telah menjadi seorang tentara. Rasus berkirim surat kepada Sersan Pujo, yang menjadi komandan markas perwira urusan territorial di Kecamatan Dawuan. Peristiwa tentang tanah kelahirannya ia ketahui dari Sersan Pujo. Menurut kabar yang disampaikan Sersan Pujo melalui telegram, nenek Rasus masih hidup dan sekarang dalam keadaan sakit. Maka atas izin Sersan Pujo kini Rasus pulang ke Dukuh Paruk.
Sesampai di rumah Rasus disambut warga Dukuh Paruk dengan tetsan air mata. Hal itu menandakan rasa haru, sedih, takut, senang dan berbaur menjadi satu. Tetapi hati Rasus disambut Sakarya,Kertareja, dan orang-orang Dukuh Paruk lainnya.
Rasus menanyakan keadaan orang-orang di desanya tentang keselamatan mereka semua. Akan tetapi tak ada seorang pun yang berani menjawab. Hanya Sakarya yang berani menjawab. Malam harinya hampir semua orang Dukuh Paruk berkumpul di rumah nenek Rasus. Mereka masih menjaga sampai larut malam. Setelah tengah malam tinggal beberapa orang saja tinggal di rumah nenek Rasus yaitu Rasus, Sakarya, Kertareja. Tetapi tiba-tiba Rasus mencium bau mayat. Kemudian tak seberapa lama kemudian neneknya meninggal dunia.
Keesokan harinya semua orang Dukuh Paruk berjalan mengiringi jasad nenek Rasus. Tak seorangpun yang tertinggal di rumahnya. Setelah menguburkan jenazah neneknya, Rasus kemudian mendapat titipan pesan dari Sakarya. Rasus mendapat pesan dari Sakarya untuk mencari cucunya yaitu Srintil. Ia telah lama tidak berada di Dukuh Paruk. Sakarya juga menitipkan sejumlah harta kekayaan Srintil kepada Rasus. Harta tersebut disimpan di makam Eyang Secamenggala. Kemudian kembalilah Rasus untuk menjalankan tugasnya.
Suatu saat Srintil yang diidam-idamkan oleh orang-orang Dukuh Paruk pun tiba. Keluarga Sakarya sangat merindukan cucunya itu. Orang-orang Dukuh Paruk pun kembali menjatuhkan pundak-pundak yang berat, bersimbah air mata. Orang-orang Dukuh Paruk kembali berkumpul di rumah Sakarya. Pandangan Srintil tertuju pada anak asuhnya yaitu Goder. Goder adalah anak Tampi yang dipungut dahulu. Mula-mula Goder tidak mau dengan Srintil akan tetapi dengan penjelasan Tampi akhirnya diapun mau ikut dengan Srintil. Bahkan semakin ahari semakin akrab dengan Srintil.
Berita tentang kepulangan Srintil merambat sampai ke pasar Dawuan. Berita itu menyebar melalui Nyai Kertareja. Hal itu diperkuat dengan kemunculan Srintil di pasar Dawuan. Tetapi kali Srintil ini tidak sendirian melainkan dengan Goder anak Tampi. Tak seorangpun berani menggoda seprti biasanya. Hanya Babah Gemuk yang menggoda. Itupun tidak dihiraukan oleh Srintil. Pandangan itu dirasakan Srintil seperti bambu yang menusuk jantung. Demikian compang-camping citra diri Srintil,sehingga orang pasar di pasar Dawuan atau siapa saja tidak mampu mengambil sikap jujur dan wajar terhadap perilaku dia yang baru pulang dari pengasingan.
Pada tahun 1969 Dukuh Paruk masih tetap miskin dan bodoh. Dukuh Paruk banyak kehilangan ciri utamanya. Tak ada lagi suara calung, ronggeng serta makam Ki Secamenggala yang menjadi anutan tak terawat. Hanya Sakarya yang masih berani berkunjung ke cungkup Dukuh Paruk. Tak seberapa lama Sakarya kamitua Dukuh Paruk pun meninggal dunia.Dukuh Paruk makin lusuh dan ringkih, begitu juga Srintil bintang panggung yang meski telah dicabik-cabik. Dialah satu-satunya tempat bernaung tetapi kehadiran Goder lebih bermakna dalam hidup Srintil.
Suatu hari Nyai Kerjareja meninggalkan Dukuh Paruk untuk pergi ke Wanakeling menemui Marsusi. Keinginannya pun tercapai. Ia bertemu dengan Marsusi, untuk membicarakan masalah Srintil. Setelah mendengar berita dari Nyai Kertareja, Marsusi terus mencari keterangan tentang Srintil. Keterangan itu dia dapat dari Nyai Kertareja. Nyai Kertareja terus mendekati Srintil, demi rencananya tercapai. Sudah sejak lama Marsusi mempunyai hasrat kepada Srintil untuk menjadi pendampingnya. Lebih-lebih kini Marsusi tidak lagi mempunyai isteri. Keinginan itu semakin kuat dalam batinnya.
Dua hari kemudian Marsusi berdiri di bawah pohon di tepi jalan besar yang menuju pasar Dawuan. Marsusi menunggu Srintil. Serasa setahun lamanya ia menunggu Srintil, meski hanya beberapa jam saja ia menunggu. Setelah melihat kedatangan Srintil ia pun menawarkan diri untuk membonceng Srintil. Marsusi kemudian membonceng Srintil untuk melapor ke Dawuan. Sebelumnya telah Marsusi kepada petugas yang bernama Darman. Srintil melapor dan cap jempol dengan diantar Marsusi.
Setelah selesai melapor Marsusi mengantar Srintil ke Dukuh Paruk. Tetapi mampir ke Wanakeling dulu. Rencana itu tanpa sepengetahuan Srintil, sehingga Srintil tidak mau. Di tengah perjalanan di sebuah hutan jati ia menjatuhkan diri. Dari boncengan Marsusi. Akibatnya beberapa bagian kaki Srintil terluka. Ia berjalan terpincang-pincang untuk bersembunyi. Tetapi tanpa sepengetahuannya ia diikuti oleh tiga pencari kayu bakar yang kebetulan mengetahui Srintil.
Lain halnya dengan Marsusi, sejak Srintil hilang dari jok belakang motornya, berbagai perasaan memusingkan kepalanya. Marsusi mencari Srintil, akhirnya ketemu. Tetapi dia tidak mau diantar oleh Marsusi. Secara kebetulan, ada orang pecikalan yang lewat hutan itu. Atas permintaan Marsusi dan Srintil, akhirnya orang Pecikalan mau mengantar Srintil pulang.
Seorang anak Dukuh Paruk melihat rombongan para pengukur tanah yang akan mengukur tanah untuk digunakan saluran pengairan dan bendungan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Bajus, yang terdiri dari Tamir, Kusen, dan Diding. Pandangannya semua tertuju pada sebuah Dukuh yang tak lain adalah Dukuh Paruk. Kadang-kadang pikirannya tidak mengarah pada sasaran melainkan diarahkan pada seorang perempuan kembang Dukuh Paruk.
Pada hari ketiga Bajus dan anak buahnya mencari kedai minuman. Di sana ia mendapat keterangan bahwa perempuan itu adalah Srintil yang merupakan ronggeng Dukuh Paruk. Atas penjelasan tersebut Tamir dan Diding, anak buah Bajus, pergi ke Dukuh Paruk yang sangat sepi tersebut, pada malam itu juga. Ia pergi untuk menemui Srintil. Mereka langsung masuk ke rumah Nyai Kertareja. Keduanya diajak ke rumah Srintil. Tapi keduanya mendapat jawaban yang sama sekali tidak diduganya seperti yang dialami oleh Marsusi. Srintil mengatakan bahwa dia tidak meronggeng. Bahkan keduanya dipanggil “adik” oleh Srintil. Akhirnya keduanya pulang dengan membawa kekecewaan terutama Tamir.
Musim kemarau pun tiba. Ini merupakan kebanggaan bagi Sakum dan anak-anaknya. Karena mereka dapat mencari jangkrik untuk dijual. Sebaliknya yang terjadi pada Srintil saat itu kedatangan pejabat desa mengantarkan undangan perihal tanah atas nama Goder. Kemudian Srintil dan Goder pergi ke balai desa untuk menerima uang ganti rugi tanah tersebut. Tapi ia menerima paling akhir, saat itu pun ia berkenalan dengan Bajus dari Jakarta.
Perkenalan Srintil dengan Bajus berlanjut dengan baik. Hal itu terbukti dengan datangnya Bajus ke rumah Srintil. Ini membuat Srintil dalam puncak kebimbangan. Harus bagaimana ia menyambut tamu dari Jakarta.
Pagi hari selanjutnya Srintil menyuruh Sakum berbelanja ke pasar Dawuan untuk menyambut tamunya. Sakum mengamati perubahan pada diri Srintil. Ia telah kehilangan Indang ronggengnya yang telah dimiliki dahulu. Hal itu membuat menangis karena senang. Srintil mau menjadi perempuan somahan.Sakum pergi ke pasar Dawuan sementara itu Srintil pergi ke pancuran. Sepulang dari sana Srintil mampir ke rumah Tampi mengambil Goder.
Sakum menarik perhatian orang-orang karena ia berbelanja buah-buahan banyak sekali. Tidak ketinggalan pula Babah Gemuk bertanya tentang kabar Srintil. Ia akan menghadiahi Srintil berbagai alat kecantikan, demikian juga pedagang lainnya. Setelah cukup, Sakum pulang. Dalam perjalanan pulang ia bertemu dengan Rasus. Keduanya pun bercakap panjang lebar tentang Srintil dan kematian Sakarya, termasuk hilangnya keris Jaran Guyang yang merupakan pusaka ronggeng Dukuh Paruk yang sudah turun-temurun.
Srintil sudah menyelesaikan semua pekerjaan. Hatinya gelisah, ia was-was dengan Sakum yang belum datang dari pasar. Srintil menatap lorong yang akan dilalui oleh Sakum. Ia pun lega tatkala melihat Sakum telah dating. Ia heran karena Sakum datang dengan tentara yang tak lain adalah Rasus.
Rasus menuju rumahnya, sebuah gubuk yang tidak terurus. Ia disambut oleh Nyai dan Aki Kartareja. Ketika mendengar percakapan anak-anak Dukuh Paruk, ia pun keluar untuk menemuinya. Ia menyuruh anak-anak ke pasar Dawuan membeli layang-layang lengkap dengan benangnya yang tak lain untuk mereka. Untuk anak perempuan dibelikan bola karet. Anak-anak dan orang Dukuh Paruk mengerumuni Rasus.
Srintil masih dalam keadaan bimbang. Ia duduk seorang diri merasakan perihnya hati seperti ditarik-tarik oleh dua kekuatan yang berlainan. Akhirnya, Srintil berlari menuju orang-orang yang mengerumuni Rasus. Kemudian keduanya merasakan ada yang aneh pada dirinya. Mereka pulang bersama ke rumah Nyai Sakarya, kemudian Rasus pergi ke pancuran.
Pulang dari pancuran sudah tersedia dua piring nasi kiriman dari Srintil, yang lengkap dengan buah-buahan. Setelah itu Rasus kembali bermain dengan anak-anak Dukuh Paruk.
Tamu yang ditunggu-tunggu Srintil datang. Bajus datang bersama Tamir dan Diding. Srintil pun menyambutnya walau kurang semangat. Dia agak sakit dan pikirannya bingung. Srintil tidak jadi pergi, hanya mengobrol saja di rumah. Karena sakitnya, Srintil tidak berbicara dengan lancar.
Tibalah saatnya Rasus harus meninggalkan kampung halaman. Ia harus kembali bertugas. Kini ia bertugas di Kalimantan.
Tahun 1970 Dukuh Paruk berubah jadi gemuruh. Itu beraasal dari truk besar serta para pekerja yang mengerjakan aliran air dan bendungan. Rumah Srintil akhirnya sering didatangi orang proyek salah satunya adalah Bajus.

Suatu hari Srintil dan Goder diajak bertamasnya oleh Bajus. Ia pun mengambil beberapa gambar Srintil. Pikiran Srintil pun kini berubah. Dia ingin membeli sebuah rumah yang layak. Selang beberapa hari Srintil membeli rumah jati di Dawuan, bekas rumah seorang petani. Hubungan Srintil dengan Bajus semakin akrab. Tapi tak sekali pun Bajus menyinggung tentang pernikahan.
Februari 1971 Nyai Kertareja dan Srintil berangkat ke Dawuan untuk menghadiri rapat bersama Bajus. Srintil disewakan sebuah hotel sementara Bajus menghadiri rapat. Bajus menunggu seseorang dari Jakarta, yaitu Pak Blengur. Kemudian ketiganya menghadiri rapat. Dalam rapat tersebut Bajus memperoleh proyek yang kecil, sehingga cukup ditangani oleh Bajus saja. Proyek itu berada di Dukuh Paruk.
Sepulang dari rapat, Blengur dan Bajus bercakap-cakap mengenai penginapan malam itu dan seperti biasa lengkap dengan wanita penghiburnya. Kemudian Bajus mengeluarkan foto Srintil dua lembar.
Pak Blengur dan Bajus pergi ke penginapan tempat Srintil. Saat itu udara dingin. Blengur ingin mandi dengan air hangat. Akan tetapi tidak ada air hangat. Sehingga ia kembali ke villa. Sepeninggal Blengur Bajus menemui Srintil, agar Srintil mau menolong Bajus. Srintil disuruh menemani Pak Blengur layaknya suami isteri. Srintil terperanjat setengah mati karena perkataan Bajus yang telah banyak menolong dirinya. Bahkan Srintil mulai jatuh hati padanya.
Berbagai cara ditempuh Bajus agar Srintil mau menemani bosnya meskipun hanya satu malam saja. Sampai Bajus mengungkit kembali masalah politik yang menyangkut Srintil sebagai bekas tahanan politik yaitu PKI. Namun cara itu tak dapat mengubah tekad Srintil. Setiap Bajus ingin melaksanakan kehendaknya, ia tetap gagal.
Akhirnya Bajus menemukan cara agar tidak mengecewakan majikannya. Ia berbohong bahwa Srintil sedang datang bulan kepada Pak Blengur.
Bajus melangkah menemui Pak Blengur agak ragu, sambil mengemukakan alasan sesuai rencananya. Ternyata tidak seperti dugaannya, Pak Blengur tidak melaksanakan niatnya karena ia melihat Srintil benar-benar ingin menjadi wanita somahan. Malah Pak Blengur mengeluarkan amplop yang berisi uang untuk diserahkan kepada Srintil sebagai hadiah darinya.

Sesampai di hotel tempat Srintil, Bajus menjumpai Srintil masih dalam posisi yang ganjil. Srintil seolah-olah seperti mayat hidup. Bajus mengambil inisiatif untuk mengantarkan Srintil pulang ke Dukuh Paruk.
Sementara itu, sudah beberapa tahun Rasus bertugas di Kalimantan. Hari libur pun telah tiba. Semua teman Rasus sudah berbelanja untuk anak isterinya, paling tidak untuk pacar dan keluarganya. Mereka semua sudah merindukan keluarganya. Lain halnya dengan Rasus, ia tidak membeli sesuatu pun karena tidak punya siapa-siapa selain tanah kelahirannya, sehingga ia memilih libur yang paling akhir.
Rasus pulang ke rumah Nyai Sakarya. Dia menjumpai Srintil yang amat menyakitkan hatinya karena Srintil sudah menjadi gila semenjak di hotel bersama Bajus dan Pak Blengur. Bajus tidak mengawininya karena ia telah impoten akibat kecelakaan di Jatiluhur. Segala usaha telah dicoba demi kesembuhan Srintil tapi tak ada hasilnya.
Rasus langsung mendobrak pintu tempat Srintil berada dan melepas segala ikatannya. Tetapi Srintil tidak lagi mengenali Rasus. Kemudian Rasus pulang ke gubuknya dan sholat mendoakan Dukuh Paruk dan Srintil. Pagi-pagi sesaat matahari terbit, Rasus telah berpakaian rapi. Kemudian berangkat ke rumah Srintil untuk memandikannya. Srintil kemudian didandani oleh Nyai Kertareja. Kemudian Srintil dibawa Rasus ke rumah sakit jiwa. Di sepanjang jalan orang di pasar Dawuan dan di dalam bis selalu memperhatikannya.
Sesampai di rumah sakit jiwa, Rasus dimintai keterangan oleh Kepala Bangsal tentang Srintil, Rasus menjawab bahwa Srintil adalah calon isterinya. Demikianlah akhirnya Srintil tidak lagi menjadi ronggeng Dukuh Paruk melainkan telah menjadi perempuan somahan milik Rasus.

MALAM JAHANAM

MALAM JAHANAM


Tugas Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kritik Sastra
Pengampu : Drs. Edi Suryanto, M.Pd

Oleh :

1. Diah Ayu Juni Marhenti ( K1209020 / B )
2. Rahayu Astrini ( K1209056 / B )
3. Sekar Ningtyas DP ( K1209064 / B )
4. Syarifudin ( K1209066 / B )
5. Zurni Masrurotin ( K1209078 / B )


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010


A. DATA LENGKAP
Judul : Malam Jahanam
Pengarang : Motinggo Busye
Sutradara : Fathimah Zahra
Tempat : Aula Gedung E Lantai III FKIP UNS
Waktu : Pukul 19.30 WIB
Hari, tanggal : Minggu, 24 Oktober 2010

B. INTI CERITA
Di sebuah daerah tepatnya dipinggiran laut, terdapat sebuah perkampungan nelayan. Disitulah keluarga Toyib bermukim. Kelurga yang dikepalai oleh Toyib (suami), Minah (istri), Toyib kecil (anak), dan Ucrit (adik Minah). Setiap harinya, pekerjaan Toyib hanya berjudi, dan mengurus burung-burung kesayangannya tanpa sedikitpun memperhatikan keluarganya. Malam itu, Minah dengan gelisah menunggu kedatangan Toyib yang tak kunjung pulang karena hari sudah gelap, sedangkan sakit anaknya semakin bertambah parah. Parman, sang tetangga yang juga sahabat dari Toyib selalu mendengar keluh kesah Minah. Parman sudah berusaha mengingatkan Toyib, tapi yang ada dipikiran Toyib hanya masalah burung yang ia bangga-banggakan itu. Hal itu yang membuat Minah semakin geram pada suaminya, sehingga sering terjadi pertengkaran diantara mereka.
Dalam diri Toyib sebenarnya ada kebimbangan tentang anaknya. Dulu ia diisukan seorang yang mandul. Tapi kini ia dengan bangga memamerkan bahwa ia telah mempunyai anak dan seorang istri yang cantik. Setiap kali Toyib menceritakan itu pada Parman, Parman selalu iri dan bosan dengan ocehan Toyib. Sampai suatu ketika mereka membahas burung kesayangan Toyib. Saat itulah permasalahan dimulai. Toyib yang tidak mendapati burung beo nya di dalam sangkar langsung memarahi Minah. Toyib sangat marah dan berjanji akan membunuh orang yang telah membunuh burungnya.
Minah yang ketakutan mengadu pada Parman, dan Parman berjanji akan melindungi Minah. Tidak lama kemudian, terbongkarlah semua rahasia yang telah disembunyikan rapat-rapat oleh Minah dan Parman. Akhirnya Parman mengatakan semua yang telah ia lakukan, bahwa ia yang telah membunuh burungnya. Dan ia pula ayah kandung dari Toyib kecil. Toyib sangat marah pada mereka. Padahal ia sudah membangga-banggakan istri dan anaknya pada siapapun setiap kali ia bermain judi. Karena kemarahan itu, terjadilah suatu pertengkaran diantara keduanya. Ucrit yang membantu Toyib akhirnya tewas di tangan Parman. Dan Parman sendiri berhasil melarikan diri. Sedangkan Toyib kembali pada Minah, akan tetapi Toyib kecil tidak dapat diselamatkan karena sakit yang dideritanya.

C. UNSUR EKSTRINSIK
1. Latar Belakang Pengarang

Motinggo Busye yang bernama asli Bustami Djalid (lahir di Kupangkota, Bandar Lampung, 21 November 1937 – meninggal di Jakarta, 18 Juni 1999 pada umur 61 tahun) adalah seorang sutradara dan seniman Indonesia. Motinggo lahir dari pasangan Djalid Sutan Raja Alam dan Rabi'ah Ja'kub yang berasal dari Minangkabau. Ibunya berasal dari Matur, Agam dan ayahnya dari Si cincin, Padang Pariaman. Setelah menikah, mereka berdua pergi merantau ke Bandar Lampung. Disana ayahnya bekerja sebagai klerk KPM di Kupangkota, sedangkan ibunya mengajar agama dan Bahasa Arab. Ketika usianya mendekati 12 tahun, kedua orang tuanya meninggal dunia. Sepeninggal orang tuanya, Motinggo diasuh neneknya di Bukittinggi hingga ia menamatkan SMA disana. Motinggo kemudian melanjutkan pendidikannya ke Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (tidak tamat).
Nama dan Gelar, Motinggo merupakan nama pena Bustami yang berasal dari Bahasa Minang: mantiko. Kata tersebut memilki makna antara sifat bengal, eksentrik, suka menggaduh, kocak, dan tak tahu malu. Namun mantiko dalam diri Motinggo bukanlah berkonotasi negatif. Untuk itu dia menambahkan kata bungo (bunga) dibelakang nama samarannya itu, sehingga lengkap tertulis Mantiko Bungo (MB). Dari inisial MB inilah akhirnya berkembang nama Motinggo Busye. Selain nama pena dan nama pemberian orang tua, sesuai Adat Minangkabau, Motinggo juga memilki nama dewasa (gelar) yaitu Saidi Maharajo.
Awal karier Motinggo dalam dunia tulis menulis, dimulai ketika perwira Jepang Yamashita datang ke rumahnya memberi mesin ketik. Mesin itu akhirnya menjadi sahabat Motinggo untuk mencurahkan ide-idenya. Selain itu, persentuhannya dengan buku-buku sastra Balai Pustaka, telah menumbuhkan minatnya untuk terjun di dunia sastra. Dramanya, Malam Jahanam (1958), mendapat Hadiah Pertama Sayembara Penulisan Drama Bagian Kesenian Departemen P & K tahun 1958 dan cerpennya, "Nasehat buat Anakku", mendapat hadiah majalah Sastra tahun 1962. Karya-karyanya banyak diterjemahkan ke bahasa asing, antara lain Bahasa Ceko, Inggris, Belanda, Perancis, Jerman, Korea, Jepang, dan Mandarin. Sebagai penyair, karya-karyanya masuk dalam antologi penyair Asia (1986) dan antologi penyair dunia (1990). Sepanjang hidupnya Motinggo telah menulis lebih dari 200 karya yang sampai saat ini masih tersimpan di Perpustakaan kongres di Washington, D. C.. Pernah menjadi redaktur kepala Penerbitan Nusantara (1961-1964) dan Ketua II Koperasi Seniman Indonesia. Selain terlibat dalam dunia sastra dan drama, Motinggo juga menyukai melukis. Pada tahun 1954, sebuah pameran lukisan di Padang pernah menampilkan 15 lukisan karya Motinggo. Contoh hasil karyanya :
1. Malam Jahanam (novel, 1962)
2. Badai Sampai Sore (drama, 1962)
3. Tidak Menyerah (novel, 1963)
4. Hari Ini Tak Ada Cinta (novel, 1963)
5. Perempuan Itu Bernama Barabah (novel, 1963)
2. Properti :
• Rumah gubuk
• Jemuran
• Jala
• Burung dan sangkarnya
• Golok
• Kursi panjang (lincak)
• Lighting (pencahayaan)
• Instrumen musik : kendang, gitar, biola.
3. Tata Panggung
Dalam pementasan tersebut, tata panggung sudah sesuai dengan lokasi dalam cerita, yaitu di perkampungan nelayan. Sehingga penonton memperoleh gambaran langsung seperti cerita aslinya.
4. Tata Rias dan kostum
Dalam pementasan tersebut, kostum dan tata rias para pemain sudah sesuai dengan karakter tokoh cerita. Tata rias dan kostum tersebut mampu menggambarkan karakter dan watak lakon dalam cerita. Sehingga, penonton tidak mampu mengenali wajah asli dari pemain.

D. UNSUR INTRINSIK
1. Penokohan dan Perwatakan
• Minah (istri Toyib) diperankan oleh Wahyu.
Watak : keras, tabah, penakut, perhatian.
• Toyib (suami Minah) diperankan oleh Yoga.
Watak : sombong, penyayang burung.
• Parman (tetangga Minah & Toyib) diperankan oleh Dimas.
Watak : pengecut, mudah tergoda, merasa hebat.
• Ucrit (adik Minah) diperankan oleh Cahya.
Watak : keterbelakangan mental, periang.
• Tukang Pijat diperankan oleh Rodin.
Watak : bijak.
• Penyanyi dangdut diperankan oleh Putri dan Ningrum.
Watak : seksi, menggoda.
Kru Musik :
• Luqman
• Faisal Muh Ns
• Rizki ‘tower’
• Yunita
• Niken
• Asri (MC)

2. Alur
Menggunakan alur maju – mundur

3. Setting (latar)
a. Waktu : malam hari, remang-remang
b. Tempat : di perkampungan nelayan, di rumah Toyib, di rumah Parman
4. Amanat
Dalam diri manusia pasti ada jahanamnya. Hanya saja ada yang sanggup dan tidak sanggup menjalankannya. Sebagai seorang manusia kita harus bisa menahan amarah dan hawa nafsu. Kita juga harus bertindak jujur, mensyukuri yang telah kita miliki, berani bertanggung jawab terhadap perbuatan yang telah dilakukan, serta setia pada pasangan dengan segala kelebihan dan kekurangannya.
5. Gaya Bahasa
• Sarkasme : Kurang ajar !
Si Ucrit sinting !
Babi !
• Peyorasi : Kau tidak bangga punya bini cantik ha ?
Kenapa kau tak kawin saja Man ?

E. Keberhasilan pementasan “ Malam Jahanam”
Secara keseluruhan pementasan “Malam Jahanam” sudah berhasil, meskipun masih ada beberapa kekurangan. Keberhasilan pementasan tersebut dapat dilihat dari hal – hal berikut :
a. Waktu pelaksanaan pementasan drama yang tepat, yaitu pada malam hari yang sesuai dengan judul drama yang dipentaskan.
b. Amanat yang terkandung dalam drama tersebut dapat tersampaikan dengan baik.
c. Penataan tempat / setting sudah tepat dan sesuai dengan cerita.
d. Tata panggung dan peran masing – masing tokohnya mampu membangun suasana yang sesuai dengan isi cerita.
e. Lighting (pencahayaan) diatur dengan baik. Misalnya saat sedang ada 2 tokoh di panggung, lampu diredupkan dan hanya menyorot pada 2 tokoh tersebut.
f. Rangkaian cerita, tata panggung, tata musik dan beberapa alat yang digunakan mampu menarik perhatian dan menghibur penonton.
g. Instrumen musik yang digunakan mendukung suasana cerita yang disajikan.
h. Masing – masing tokoh menguasai jalannya cerita dan bermain sesuai peran masing - masing.
i. Sebelum memasuki tempat pementasan, penonton disambut dengan suasana yang mendukung jalannya pementasan.
Beberapa kekurangan yang terdapat dalam pementasan :
a. Ada tokoh yang terpengaruh penonton sehingga kurang konsentrasi.
b. Tempat pementasan kurang luas, sehingga suasana menjadi panas dan menimbulkan ketidaknyamanan bagi penonton.
c. Dalam pementasan tersebut, suara tangis bayi Minah diperdengarkan di luar rumah, padahal bayi berada di dalam rumah. Sehingga konsentrasi penonton bukan kepada rumah tetapi pada sumber suara, yaitu kru musik.


DAFTAR PUSTAKA

http://id.wikipedia.org/wiki/Motinggo_Busye


Lampiran

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Mengungkapkan informasi dalam bentuk paragraf persuasi.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)




Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Berbicara Lanjut
Pengampu : Ibu Atikah Anindyarini



Oleh :

Diah Ayu Juni Marhenti ( K1209020 / B )




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010


Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)


Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Kelas / Semester : VIII A / II
Pertemuan Ke- : …
Alokasi Waktu : 15 Menit
Standar Kompetensi : Mengungkapkan informasi dalam bentuk paragraf persuasi.

Kompetensi Dasar
Menulis paragraf persuasi guna mempengaruhi atau membujuk pembaca agar bersikap atau bertindak seperti kemauan penulis.
Indikator
1. Mampu menentukan tema persuasif
2. Mampu merumuskan tujuan persuasif
3. Mampu menyusun kerangka paragraf persuasif
4. Mampu mengumpulkan data untuk paragraf persuasif
5. Mampu mengembangkan kerangka paragraf menjadi paragraf persuasif.

I. Tujuan Pembelajaran
Setelah pembelajaran ini, siswa diharapkan mampu :
1. Menentukan tema persuasif
2. Merumuskan tujuan persuasif
3. Menyusun kerangka paragraf persuasif
4. Mengumpulkan data untuk paragraf persuasif
5. Mengembangkan kerangka paragraf menjadi paragraf persuasif.

II. Materi Ajar :
Contoh paragraf persuasif

Kita semua mengetahui bahawa kondisi lingkungan Kota Jakarta sudah sangat memprihatinkan. Banyak sekali sungai yang kotor akibat pembuangan limbah yang tidak teratur serta pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak. Ini semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Jakarta, temasuk manusia. Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota Jakarta tercemar. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakarta berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Ini semua dapat mengendalikan keindahan Kota Jakarta


III. Metode Pembelajaran :
1. Ceramah
2. Permodelan
3. Penugasan
IV. Langkah-langkah Pembelajaran
Kegiatan Awal
1. Guru menanyakan tentang materi paragraf yang telah dipelajari pertemuan lalu.
2. Guru menjelaskan apa yang dipelajari hari ini, yaitu tentang paragraf persuasi.

Kegiatan Inti
1. Guru menjelaskan materi tentang paragraf persuasi.
2. Guru menyajikan beberapa contoh paragraf ( argumentasi, persuasi, eksposisi dan lain-lain) dalam bentuk teks.
3. Siswa menganalisis dan menentukan mana yang termasuk paragraf persuasi dari beberapa contoh yang telah disajikan oleh guru.
4. Siswa diberi tugas untuk membuat contoh paragraf persuasi dan membacakannya.

Kegiatan Penutup
1. Guru memberikan evaluasi terkait dengan contoh paragraf yang telah dibuat oleh siswa.
2. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan apa yang telah dipelajari.

V. Alat/Bahan/Sumber Belajar :
1. Buku paket Bahasa Indonesia Kelas VIII .
2. Contoh teks paragraf.
3. Internet
VI. Penilaian: Bentuk tes : tes menulis paragraf persuasi

Kriteria Penilaian
1. Kesesuaian antara isi karangan dengan tema. 40
2. Kohesi dan koherensi antar kalimat. 20
3. Diksi 20
4. Kesesuaian tulisan dengan EYD. 20
Skor total 100
















II. Materi Ajar :
Paragraf Persuasi
A. Pengertian Paragraf Persuasi
Persuasi adalah jenis paragraf yang mengungkapkan ide, gagasan, atau pendapat penulis dengan disertai dengan bukti dan fakta (benar-benar terjadi).
B. Tujuan
Agar pembaca yakin bahwa ide, gagasan, atau pendapat
tersebut adalah benar dan terbukti dan juga melaksanakan apa yang menjadi ajakan dari ide tersebut.
C. Ciri-ciri paragraf persuasi:
 Persuasi bertolak dari pendirian bahwa pikiran manusia dapat diubah.
 Harus menimbulkan kepercayaan para pembacanya.
 Persuasi harus dapat menciptakan kesepakatan atau penyesuaian melalui kepercayaan antara penulis dengan pembaca.
 Persuasi sedapat mungkin menghindari konflik agar kepercayaan tidak hilang dan supaya kesepakatan pendapatnya tercapai.
 Persuasi memerlukan fakta dan data.
D. Langkah-langkah menulis paragraf persuasif.
1. Menentukan Topik dan Tujuan Dalam Paragraf Persuasif
Dalam paragraf persuasif, tujuan penulis dapat dikemukakan secara langsung. Misalnya, topik yang dibuat oleh penulis adalah “Menghidari pengaruh buruk nakotika dan obat-obatan terlarang lainnya”. Tujuan penulisan yang dapat dirumuskan adalah meyakinkan pembaca bahwa narkotika dan obat-obat terlarang lain merupakan pembunuh berdarah dingin yang secara perlahan membawa pecandunya ke liang lahat.
2. Membuat kerangka Karangan Paragraf Persuasif
Agar susunan tulisan persuasif itu sistematis dan logis, kerangka tulisan perlu mendapat perhatian dalam perumusannya. Susunan pembahasan yang tepat untuk paragraf persuasif adalah susunan logis dengan urutan sebab akibat. Dengan pembahasan seperti ini, pembaca langsung dihadapkan pada masalah yang sedang dibahas.
Contoh kerangka tulisan persuasif dengan topik “Menghilangkan pengaruh buruk narkotika dan obat-obat terlarang lain” ialah sebagai berikut.
Kerangka Tulisan Persuasif
1. Hakikat Narkotika dan Obat-obat Terlarang
1.1 Pengertian narkotika dan obat-obat terlarang
1.2 Jenis narkotika, bentuk, dan harga
1.3 Efek masing-masing jenis narkotika bagi tubuh
2. Latar Belakang Pecandu Narkotika
2.1 Frustasi
2.2 Broken home
2.3 Ingin disebut modern
2.4 Sebab-sebab lain
3. Pengaruh yang Ditimbulkan oleh Narkotika
3.1 Pengaruh narkotika terhadap kondisi fisik dan kejiwaan pecandu
3.2 Pengaruh narkotika terhadap masa depan pecandu
3.3 Pengaruh narkotika terhadap masyarakat
4. Cara Penanggulangan yang Mungkin Dilakukan
4.1 Menghilangkan hal-hal yang menjadi penyebab terjerumusnya seseorang ke dalam dunia narkotika
4.2 Meningkatkan kerja sama antara orang tua-gurukepolisian dalam memberantas narkotika



3. Mengumpulkan Bahan Untuk Paragraf Persuasif
Bahan dapat diperoleh melalui kegiatan pengamatan, wawancara, dan penyebaran angket kepada responden.
Pada saat mengumpulkan bahan, kita dapat membuat catatan, baik kutipan langsung maupun tidak langsung, yang nantinya dapat dijadikan sebagai barang bukti
.
Contoh.
Peneliti mengungkapkan bahwa sebab-sebab seseorang dapat terjerumus ke dalam dunia narkotika: 45% broken home, 20% frustasi, 17% ingin disebut modern, dan sisanya karena sebab lain (Sukartono, 1987:45)
Artinya:
Data tersebut diperoleh dari buku karangan Sukartono yang diterbitkan pada tahun 1987, halaman 45.
4. Menarik Kesimpulan dari Paragraf Persuasif
Penarikan kesimpulan dalam suatu karangan persuasi harus kita lakukan dengan benar agar tujuan kita tercapai. Suatu kesimpulan dapat dibuat apabila data yang diperoleh telah dianalisis. Penarikan kesimpulan dapat dilakukan dengan cara induksi atau deduksi.
Contoh:
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di beberapa kota besar di Jawa Barat dapat dikemukakan ciri-ciri seorang pecandu narkoba adalah ….
5. Penutup Paragraf Persuasif
Pada bagian ini penulis mengajak pembaca untuk waspada dan hati-hati agar tidak terjerumus ke dalam dunia narkotika dan menjauhi narkotika yang berbahaya bagi kesehatan fisik dan jiwa.


6. Contoh paragraf persuasif:
Kita semua mengetahui bahawa kondisi lingkungan Kota Jakarta sudah sangat memprihatinkan. Banyak sekali sungai yang kotor akibat pembuangan limbah yang tidak teratur serta pencemaran udara akibat asap kendaraan bermotor yang semakin banyak. Ini semua dapat menyebabkan gangguan bagi makhluk hidup di Kota Jakarta, temasuk manusia. Pernapasan kita dapat terganggu dan keindahan Kota Jakarta tercemar. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita sebagai penduduk Kota Jakarta berusaha untuk melestarikan lingkungan kota ini dengan berbagai macam usaha. Di antaranya adalah dengan penghijauan, pembuatan taman kota, dan pelarangan membuang sampah di sembarang tempat. Ini semua dapat mengendalikan keindahan Kota Jakarta.




















Dari berbagai paragraf di bawah ini tentukan mana yang merupakan paragraf persuasi dan berikan alasan yang tepat !

1. Menyetop bola dengan dada dan kaki dapat ia lakukan secara sempurna. Tembakan kaki kanan dan kiri tepat arahnya dan keras. Sundulan kepalanya sering memperdayakan kiper lawan. Bola seolah-olah menurut kehendaknya. Larinya cepat bagaikan kijang. Lawan sukar mengambil bola dari kakinya. Operan bolanya tepat dan terarah. Amin benar-benar pemain bola jempolan .

2. Ozone therapy adalah pengobatan suatu penyakit dengan cara memasukkan oksigen ,urni dan ozon berenergi tinggi ke dalam tubuh melalui darah. Ozone therapy merupakan terapi yang sangat bermanfaat bagi kesehatan, baik untuk menyembuhkan penyakit yang kita derita maupun sebagai pencegah penyakit.

3. Dalam diri setiap bangsa Indonesia harus tertanam nilai cinta terhadap sesama manusia sebagai cerminan rasa kemanusiaan dan keadilan. Nilai-nilai tersebut di antaranya adalah mengakui dan memperlakukan manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya, mengembangkan sikap tenggang rasa dan nilai-nilai kemanusiaan. Sebagai sesama anggota masyarakat, kita harus mengembangkan sikap tolong-menolong dan saling mencintai. Dengan demikian, kehidupan bermasyarakat dipenuhi oleh suasana kemanusian dan saling mencintai.

“Penggunaan pestisida dan pupuk kimia untuk tanaman dalam jangka waktu lama tidak lagi menyuburkan tanaman dan memberantas hama. Pestisida justru dapat mencemari lingkungan dan menjadikan tanah lebih keras sehingga perlu pengolahan dengan biaya yang tinggi. Oleh sebab itu, hindarilah penggunaan pestisida secara berlebihan.”
Kalimat terakhir yang dicetak miring merupakan kalimat persuasif. Kalimat ini dimunculkan setelah penulis mengemukakan penjelasan yang meyakinkan dalam kalimat-kalimat sebelumnya.

RAGAM PENGETAHUAN

RAGAM PENGETAHUAN



Makalah Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran 2
Pengampu : Pak Noor Hadi Th.



Oleh :

Diah Ayu Juni Marhenti (K1209020)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010


RAGAM PENGETAHUAN


A. PENGERTIAN
Ilmu atau pengetahuan berdasarkan teori informasi dapat dipilah dan dikaji karakteristiknya. Analisis pengetahuan dilaksanakan dengan mengelompokkan jenis ilmu berdasarkan struktur di dalamnya serta jenjang atau tingkat pemahamannya bagi proses belajar seseorang. Berikut hasil kajian beberapa pendapat ahli :
1. MERRILL
Merrill menyatakan bahwa isi pelajaran terdiri atas fakta, konsep, prosedur, dan prinsip, pendapat ini merupakan konsep tertua untuk kategorisasi ilmu yang memfokuskan pada pembentukan kognitif pebelajar. Yang dikembangkan khusus untuk ranah belajar kognitif yang berorientasi pada struktur informasi pada umumnya.
2. KEMP, DKK
Kemp,dkk lebih memerhatikan ranah belajar lainnya seperti kemampuan antarpribadi dan sikap, yaitu :
• Fakta
• Konsep
• Prinsip dan aturan
• Kemampuan antarpribadi
• Sikap
Kemp,dkk berpendapat bahwa proses belajar ,menyangkut ragam pengetahuan kemampuan antarpribadi dan sikap sering diabaikan orang, padahal kompetensi yang sesungguhnya selalu ditinjau dari seluruh aspek tadi. Kemungkinan penyebabnya adalah kesulitan instrument pengukuran hasil belajar atas kedua ragam pengetahuan tersebut. Pandapat mereka sejalan dengan rumusan Bloom tentang ranah afektif
3. ANDERSON dan KRATHWOHL, DKK
Mereka menyatakan bahwa ragam pengetahuan terdiri atas :
• Fakta
• Konsep
• Prosedur
• Metakognisi
Metakognisi merupakan cirri utama dari konsep mereka tentang ragam pengetahuan. Mereka beranggapan bahwa jika seseorang sedang belajar, maka akan terjadi peningkatan kognitif dalam dirinya. Dengan berpikir kognitif menjadi dasar segala penguasaan ilmu dan p[eningkatan kemampuan.
4. ROMISZOWSKI
Romiszowski bersama Kemp,dkk memiliki visi yangt sama atas pencantuman kemampuan antarpribadi dan sikap sebagai bagian ragam pengetahuan. Romiszowski menyatakan bahwa ragam pengetahuan motorik juga terabaikan atau mengalami nasib yang sama seperti sikap dan kemampuan antarpribadi, anggapan bahwa yang dikerjakan melalui motorik tak harus dipikirkan secara matang menjadi alasan pengabaian ragam pengetahuan ini. Padahal orang yang mampu menunjukkan kinerja motorik dengan baik bagi Romiszowski berarti orang tersebut termasuk orang pandai. Kemampuan motorik yang menonjol ditandai oleh penguasaan ragam pengetahuan lain sampai yang tersulit yaitu metakognitif.
Dua ahli sebelumnya yang mencantumkan motorik adalah Bloom dengan istilah psikomotor, serta Gagne dengan sebutan kemampuan motorik, yang sepakat bahwa motorik berkaitan erat dengan keahlian seseorang dalam melakukan pekerjaan terkait dengan fungsi anggota tubuh.

B. ANALISIS RAGAM PENGETAHUAN
1. FAKTA
 Merrill : fakta adalah informasi tentang nama orang, tempat, kejadian, julukan, istilah, symbol, juga hubungan antar informasi tersebut. Merrill pakar yang lebih awal mendeteksi kategorisasi isi atau pengetahuan yang bersifat kognitif ini sebagai landasan berpikir bagi setiap orang untuk mempelajari hal, mulai dari yang sederhana samapi yang paling sulit.
 Kemp, dkk : fakta adalah hubungan antara dua objek.
 Anderson dan Kratwohl, dkk : pengetahuan fakta merupakan landasan bagi seseorang untuk menguasai ragam pengetahuan lain. Elemen fakta adalah symbol-simbol yang dikaitkan dengan benda konkret yang dapat memberikan gambaran pentingnya informasi.

Mereka menhgelompokkan fakta menjadi dua :
 Istilah: menururt mereka juga menyebutkan bahwa kata-kata, bilanagn, tanda, symbol atau gambar termasuk ragam pengetahuan fakta tentang istilah.
 Rincian atau elemen : ragam pengetahuan fakta menyangkut rincian khusus , aspek sesuatu hal yang tersirat dalamm fakta itu sendiri. Rinciannya yaitu rincian kejadian, lokasi, orang tanggal tetentu dan sebagainya.

Ragam pengetahuan fakta berkaitan dengan :
 Nama porang, tempat, yang menurut kebahasaan harus ditulis dengan huruf awal besar seperti Dewi, bandung.
 Benda, baik konkret paupun abstrak, termasuk di dalamnya flora dan fauna seperti meja, kursi, berbagai jabatan dan profesi dan seterusnya.
 Kejadian atau peristiwa proklamasi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945.
 Berbagai istilah seperti ekonomi, ilmu dan sebagainya.

2. KONSEP
Konsep ada dua yaitu, konkret atau nyata dan abstrak. Konsep nyata mengandung aspek kebendaan dan kasatmata. Sedangkan usul, gagasan, pandanagan atau pendapat eseorang terhadap sesuatu hal dapat dikategorikan sebagai konsep abstrak.
• Kemp,dkk : konsep adalah ketegori atau ragam yang menunjukkan kesamaan atau kemiripan gagasan, kejadian, objek atau kebendaan.
• Merrill : konsep adalah kelompok objek atau kebendaan, kejadian, symbol, yang memiliki kesamaan atau kemiripan karakteristik serta nama atau julukan.
• Anderson dan Krathwhohl : pengetahauan konsep mencakup pengetahuan kategorisasi atau klasifikasi tersebut. Konsep dengan ragam fakta lebih rumit, berbentuk teratur dan terorganisasi. Baik secara tersurat maupun tersirat. Konsp adalah tentang skema, yang disajikan dalam gambar atau dalam pikiran seseorang.

Dari contoh di atas dapat dirumuskan bahwa konsep berupa klasifikasi sdan kategori memiliki kesaamaan ciri-ciri atau gagasan di antara struktur atau komponennya doperlukan sebagai persyaratan membangun konsep, klasifikasi atau kategori.

3. PRINSIP
 Merrill : prinsip nberupa penjelasan atau ramalan atas sesuatu kejadian di dunia ini, menyangkut hukum sebab-akibat dengan sifat hubungan korelasi untuk menginterpretasi kejadian khusus.
 Kemp,et al : prinsip merupakan hubungan antara dua konsep. Contoh prinsip mikroekonomi, jika kebutuhan tinggi, sedangkan pasokan rendah maka harga menjadi tinggi.
Perbedaan keduanya yaitu Merrill menyatakan bahwa prinsip adalah prediksi atau alas an mengapa sesuatu hal terjadi, bertdasarkan dalil atau rumus tertentu, sedangkan Kemp,et al menggarisbawahi ragam pengetahuan prinsip terkait dengan pengertian sebab-akibat.

4. PROSEDUR
Isi atau materi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas yang berurutan disebut prosedur.
 Kemp,dkk : prosedur adalah tugas atau pekerjaan yang harus dilaksanakan oleh peserta didik secara bertahap atau berurutan.
 Merrill : prosedur adalah rangkaian langkah pelaksanaan pekerjaan yang harus dilaksanakan secara bertahap untuk mencapai tujuan tertentu, atau untuk menyelesaikan suatu masalah atau produk.

5. KEMAMPUAN ANTARPRIBADI
 Kemp,dkk : kemampuan mengungkapkan kata dan nonkata seperti bahasa tubuh, isyarat, mimik, dengan baik adalah kemampuan antarpribadi. Kemapmpuan seseorang juga dapat ditinjau dari cara beradaptasi, menggunakan bahasa tubuh, dan berkomunikasi. Kemampuan antarpribadi sering terabaikan, karena lembaga pendidikan biasanya hanya mengasah kemampuan kognitif saja, padahal profesi tertentu sangat membutuhkan kemampuan ini.

6. SIKAP
 Kemp,dkk : sikap sebagai predisposisi untuk perilaku seseorang, ini sering terlupakan padahal tanpa disadari melekat pada program pendidikan atau pelatihan.
 Gagne dan briggs : ragam pengetahuan sikap sebagai sistemn nilai yang dianut oleh seseorang serta moral atas semua yang dihadapi dalam hidup ini.
 Sikap merupakan sesuatu hal yang sulit diprediksi dan memakan waktu yang lama untuk mengukurnya. Meskipun mendapatkan nilai tinggi, belum tentu dapat menjadi guru yang baik, namun perlu waktu, dan kendala lain adalah fasilitas, waktu dan teknik pengamatan sikap yang relatif sulit dijangkau.
 Romiszowski : pengetahuan sikap sebagai reaksi atau jawaban terhadap sesuatu di sekelilingnya. Pengetahuan sikap menurut Romiszowski :
a. memerhatikan atau memperlihatkan rasa tertarik terhadap sesuatu hal.
b. Bereaksi atau menunjukkan perilaku tertentu terksit dengan hal tadi
c. Melakukan pertimbangan tertentu atas hal tadi, baik buruk, untung rugi dan seterusnya
d. Memutuskan yang telah ia lakukan tadi, jika ia menerima, maka is sudah mempertimbangkan sebaik mungkin bagi masa depannya
e. Menentukan sistem nilai yang berlaku dalam dirinya serta mengekspresikannya dalan perilaku.

7. METAKOGNISI
Metakognisi adalah ragam pengetahuan tersulit dan rumit. Awalan meta berarti di atas, lebih dari atau transenden. Metakognisi berarti kemampuan seseorang untuk mengatur alur berpikir, memutuskan, memilah, memilih, bahkan untuk mlakukan introspeksi demi perbaikan pola piker itu sendiri.
 Gagne : metakognisi sebagai bagian dari pengetahuan strategi kognitif.
 Anderson dan Krathwohl : metakognisi adalah pengetahuaan tentang strategi bersifat umum yang digunakan untuk pekerjaan atau tugas yang berbeda-beda, keadaan dan kondisi saat digunakan dengan efektif. Metakognisi yaitu pengatahuan tentang kognisi atau proses berpikir secara umum berikut kesadaran seseorang terhadap apa yang ia hadapi dan mampu ia pikirkan.
 Metakognisi adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara umum mencakup kmampuan dalam memilih dan menerapkan teori, teknik atau prosedur yang berbeda untuk mengenal hal yang berbeda pula.
Metakognitif terdiri atas :
 Pengetahuan strategi : yaitu cara berpikir seseorang dalam menentukan langkah, strategi, atau memilih teknik dan teori dalam mengatasi masalah. Berkaitan dengan mengingat, menyusun inti sari bacaan, membaca buku teks dan sebagainya.P
 Pengetahuan tugas kognitif : kadang bisa lebih mudah atau lebih sulit dari pengetahuan strategi. Dalam pemilihan dan penyesuaian tergantung kondisi, situasi, lokasi, atau keadaan sesuatu yang berbeda.
 Secara kontekstual, orang yang menyusun makalah akan memilih dan memilah teori yang akan diterapkan, proses berpikir mencakup :1) menyusun tema makalah. 2) merangkaikan isi 3) memilih teori atau kutipan yang sesuai ditinjau dari susunan isi dan alas an.
 Pengetahuan diri : sangat penting untuk diri sendiri maupun oranglain dalam belajar. Seseorang yang mengenal dirinya dengan baik akan mengenali pula kelebihan atau kekuatan dan kekurangan yang dimilikinya.

8. MOTORIK
Ragam pengetahuan tidak selalu berkaitan dengan kognitif. Orang dapat saja mengungkap pengetahuannya dalam bentuk gerak-gerik yang kasatmata. Orang yang terlihat mahir atau terampil dalam melakukan sesuatu hal sebenarnya mencerminkan penguasaan pengetahuan atas pejkerjaan fisik tertentu.
Romiszowski mengembangkan jenjang ragam pengetahuan motorik menjadi :
• Pengetahuan : kesadaran seseorang untuk mengunakan anggota badannya untuyk melaksanakan sesuatu berdasarkan pengamatan yang dilakukan melalui pancaindranya.
• Respon bertahap : upaya seseorang meniru gerakan tertentu, yang memang benar-benar mengikuti apa yang diperintahkan sesuai dengan contoh gerakan yang disampaikan.
• Pantau-ubah : terjadi peningkatan kemapuan, yaitu gerakan tak lagi ditiru begitu saja, namun dipilih dan dipilah sesuai dengan prinsip dan konsep diri orang tersenbut. Pantau-ubah yaitu penyesuaian diri seseorang terhadap gerak motorik yangh sudah dipelajari.
• Otomatisasi : kemampuan seseorang untuk melakukan sesuatu hal tanpa memerlukan contoh lagi, semua ragam jonsep, prinsip, prosedur telah dikuasai semua.
Gagne dan Briggs, menyatakan bahwa motorik terkait dengan :ketepatan, kecepatan serta kelenturan pelaksanaan pekerjaan.
Makin cepat dan tepat serta lentur gerak motorik seseorang, maka makin tinggi pengetahuan kognitif yang ia miliki.

C. SIFAT PENGETAHUAN
Sifat pengetahuan dianggap sebagai penjelasan atau uraian tentang jenjang, kedalaman kemapmpuan atau kompetensi yang harus dikuasai oleh seseorang peserta didik dalam belajarnya, berikut penyampaian pengetahuan yang sifatnya mempengaruhi pertimbangan penyusunan kurikulum . peran sifat pengetahuan terkait dengan analisis tugas belajar atau learnigng task analysis.kurikulum nmengacu pada satu kompetensi primer. Sehingga setiap sifat pengetahuan mengandung seluruh atau sebagian ragam pengetahuan.
1. PENGETAHUAN INTI
Yaitu pengetahuan yang menjadi tumpuan untuk penguasaan kompetensi dasar tertentu.
2. PENGETAHUAN BERSYARAT
Yaitu pengetahuan yang menjadi landasan berpikir pengetahuan inti yang benar-benar harus dikuasai sebelum pengetahuan inti tersebut dipelajari.
3. PENGETAHUAN LANJUTAN
Yaitu jenjang pengetahuan yang lebih suloi dan mendalam.
4. PENGETAHUAN PENDUKUNG
Yaitu pengetahuan sebagai pengayaan (enrichment) pengetahuahn inti dan lanjutan dikuasai.
D. JENJANG BELAJAR DAN KOMPETENSI
Proses belajar yaitu untuk mencerna berbagai ragam yang sangat rumit, yang dilakukan secara bertahap, berkembang terus-menerus. Waktu, kematangan atau kesiapan mental pebelajar, lingkungan belajar, serta tingkat kesulitan materi sangat berpengaruh terhadap laju belajar.
Belajar terjadi secara bertahap atau berjenjang yang menunjukkan tingkat kesulitan dan kedalaman penguasaan pengetahuan melalui berbagai pendekatan, karena desainer pembelajaran harus memutusakan bagaimana penyajiuan materi atau ragam pengetahuan yang memudahkan dan membantu mempercepat terjadinya proses belajar . beiasanya jenjang rendah untuk mengawali proses belajar, dilanjutkan ke jenjang lebih sulit lagi.
Merrill menjelaskan proses berpikir menjadi :
 Mengingat
 Mnemukan atau mnerapkan
 Mnemukan.
Krathwohl dan Anderson, dkk membagi proses berpikir kognitif menjadi:
 Mengingat
 Mengerti
 Menerapkan
 Menganalisis
 Menilai
 Berkreasi

E. TEKNIK PENYAJIAN : CONTOH
Dengan adanya contoh, maka diharapkan uraian lebih mengena dan mudah dicerna. Makna contoh dalam proses blajar sangat banyak membantu para pakar dalam menyajikan pengtahuan kepada peserta didik agar mudah dipahami dalam jangka waktu lama menggunakan teknik penyajian contoh dan penyajian berpola.
1. PERANAN CONTOH
Menunjuk pada :
a. toh kebendaan (konsep kursi : kursi makan)
b. contoh perumpamaan atau ilustrasi (perumpanamaan tokoh)
c. contoh demonstrasi (rumus disajikan dalam soal dan pembahasan)
d. contoh perilaku seseorang, baik dan buruk ( dianut perilaku teladan dan tutur katanya )
Contoh adalah solusi untuk hal yang bersifat abstrak dan dianggap sulit dipahami. Contoh merupakan alur pembelajaran dari hal termudah menuju tersulit. Contoh dianggap sebagai upaya mengurangi gejala verbalisme dalam belajar, kekuatan contoh sebagai teknik penyajian secara tertulis, maupun penyajian program media audiovisual tertentu.
2. PENYAJIAN BERPOLA
Contoh memiliki kekuatan khusus sebagai bagian dari penyajian pengetahuan, penyajian dengan pola tertentu, terkait dengan alur berpikir dan komptensi yang diharapkan dari peserta didik. Penyajian berpola contoh ada dua :
 Definisi + (salah satu) pengetahuan + contoph masing-masing
(alur analisis, menjabarkan)
 Contoh-contoh + kesimpulan+ (salah satu) pengetahuan + definisi
(alur sintesis, menyimpulkan)

F. KONTEKS RAGAM PENGETAHUAN
1. RAGAM PENGETAHUAN DAN KAHLIAN
Setiap mata pelajaran dikembangkan sebagai pengetahuan. Pengetahuan sering kali dikaitkan dengan keahlian dan atau keterampilan. Intinya, pengetahuan digunakan sewaktu-waktu oleh orang tersebut pada saat yang tepat. Pengetahuan dianggap abstrak, terkait dengan kemampuan organ berpikir manusia , yaitu otak. Pengetahuan sangatklah rumit, berstruktur, dan setiap kategorinya mempunyai kekhususan tersendiri.
Keahlian merupakan potensi yang diwujudkan dalam suatu kegiatan atau gerak yang kasatmata. Dalam hal ini, mengemukakan gagasan, menerima atau menolak gagasan, serta melakukan sesuatu termasuk keahlian. Keahlian juga mengacu pada keterampilan yang terlihat dari gerak-gerik atau olah tubuh seseorang sewaktu melakukan suatu pekerjaan. eahlian mencerminkan kemampuan seseorang dalam berpikir. Keterampilan yang menonjol adalah buah pikiran seseorang yang memiliki pengetahuan yang memadai.

2. RAGAM PENGETAHUAN DAN STRATEGI PEMBELAJARAN
Setiap proses belajar memerlukan penanganan khusus untuk menentukan strategi, media, penilaian. Analisia ragam pengetahuan dilakukan agar para desainer pembelajaran atau pengajar dapat menentukan kondisi lingkungan belajar sesuai sifat pengetahauuan itu.
Kompetensi atas kategorisasi ilmu sangat penting bagi instruktur agar ia dapat menyajikan mata diklat dengan tepat. Bertdasarkan ragam pengetahuan yang telah dipilah, maka pengajar dapat mengembangkan dan menentukan bagaimana menyajikan suatu bahasan dengan efektif.

3. RAGAM PENGETAHUAN DENGAN AJARAN
Dalam bentuk drama, contoh : perang Dio[onegoro adalah topic atau bahasan yang dicantumkan dalam kurikulum. Teknik untuk menguasai topic tersebut sangat berbeda karena topik dapat dipandang dari berbagai sisi. Jika dianggap fakta, maka proses kognitifnya adalah mengingat, jika perang Diponegoro dipandang sebagai prinsip (perang) maka topic dapat disajikan dalam drama. Jadi, topic sebagai pengetahuan terkait dengan jenjang kompetensi yang akan dicapai.

4. RAGAM PENGETAHUAN DAN PERBEDAAN INDIVIDU
Setiap makhluk hidup diciptakan berbeda. Struktur tubuh orang menunjukkan perbedaan yang nyata. Perbedaan yang timbul karena kepribadian seseorang yang sudah jelas berbeda. Silang pendapat, selera makan, dan berpakaian dan yang lebih penting lagi adalah cara berpikir yang berlainan menggambarkan ‘muatan’ pengetahuan dari seseorang tidak sama dengan orang sekelilingnya. Potensi orang secara pribadi terbagi atas tiga, yaitu cerdas, berbakat dan kreatif.
Setiap kelompok individu mempunyaio cirri khas yang menetap. Orang cerdas mempunyai kelebihan dari organ berpikirnya, yakni otak. Orang cerdas mempunyai kecenderungan berpengetahuan yang tinggi, atau berkemampuan kognitif dan metakognisi yang bagus.
Orang berbakat mampu menguasai sesuatu hal di luar kemampuan orang lain, menguasai keahlian dan keterampilan tanpa harus bersusah payah mempelajarinya. Bagi orang kreatif, tak ada yang terbuang, hal apapun yang dianggap sampah mampu diubah menjadi sesuatu yang bernilai, menarik, dan berbeda dari yang lain, dan mereka adalah orang-orang yang sangat potensial.
Setiap kelompok memiliki porsi ragam pengetahuan berbeda karena kepekaan khusus yang dimilikinya. Pola piker yang cerdas biasanya didominasi oleh ragam pengetahuan yang kognitif, skonsep,prinsip, atau metakognisi. Ragam pengetahuan motorik mendiminasi olahragawan. Pekerja seni dipengaruhi oleh ragam fakta dan sikap. Pekerja sosial memerlukan ragam pengetahuan yang menonjol. Kepekaan atas salah satu atau kombinasi dominant ragam pengetahuan menjadi modal dasar belajar seseorang.

5. MATRIKS ANALISIS MATERI
Disusun sebagai contoh bagaimana suatu topic dikemnbangkan dan di analisis hingga akhirnya mnenunjukkan ragam pengetahuan yang terkandung di dalamnya.

Tanggapan :
Menurut saya teori/ konsep/ prinsip yang termuat dalam bab tersebut merupakan materi baru dan ada hubungannya dengan materi belajar pembelajaran pada semester satu hubungannya dengan pembentukan guru yang provesional, karena dengan banyaknya ragam pengetahuan di atas sangat diperlukan untuk menjadi seorang guru profesional.

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMP


Karya Ilmiah Singkat Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran 2
Pengampu : Pak Noor Hadi Th.



Oleh :
Diah Ayu Juni Marhenti (K1209020)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010


BAB I
PENDAHULUAN

1. Konsep Teknologi Pembelajaran
Teknologi telah merupakan bagian integral dalam setiap masyarakat.
maju suatu masyarakat, maka banyak teknologi yang dihasilkan. Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Definisi AECT 1963 tentang komunikasi audio visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendisain dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses belajar. Kegiatannya meliputi ; a) mempelajari kelemahan dan kelebihan, yang unik maupun relatif, dari pesan baik yang diungkapkan dalam bentuk gambar, maupun yang bukan, dan yang digunakan untuk tujuan apapun dalam proses belajar, dan b) penstrukturan dan sistematisasi pesan oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan. Kegiatan ini meliputi perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya ialah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi pebelajar (orang yang belajar) secara maksimal (Ely, 1963:18-19).
Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan. Definisi AECT 1994 : “Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”

2. Pentingnya Teknologi Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri seseorang. Usaha ini dapat dilakukan yang memiliki kemampuan dan kompetensi untuk membuat rancangan atau mengembangkan sumber belaja yang diperlukan. Sehingga pembelajaran berjalan efektif dengan pemakaian yang tepat Penggunaan teknologi pembelajaran dianggap penting bagi masyarakat, seiring perkembangannya yang semakin luas,dengan alasan sebagai berikut :
a. Menggunakan teknologi melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa menggunakan teknologi menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran bukan pendengar pasif.
b. Menggunakan teknologi menghilangkan masalah disiplin yang paling. Ketika siswa terlibat dalam pekerjaan, ada sedikit waktu untuk masalah.
c. Menggunakan teknologi memungkinkan siswa untuk mengambil kepemilikan proyek. Ketika siswa tersebut diberdayakan untuk menemukan / jawaban nya sendiri, proses pembelajaran menjadi jauh lebih menarik.
d. Menggunakan teknologi mengubah guru dari ahli wewenang untuk fasilitator. Guru menjadi lebih peserta dari ahli otoritas ketika siswa menggunakan teknologi untuk menemukan jawaban online.
e. Menggunakan teknologi akrab bagi mahasiswa saat ini. menggunakan Teknologi adalah bagian dari proses pembelajaran yang normal bagi siswa, mereka mendapatkan kemudahan dan guru sering belajar program teknologi baru bersama dengan siswa.
f. Menggunakan teknologi mengurangi beban kerja pada guru. Teknologi sebagai alat meningkatkan, dan menggantikan, teks, kertas dan pensil karena siswa dapat menggunakan teknologi untuk kedua referensi dan presentasi.
g. Menggunakan teknologi memungkinkan untuk transisi dari sekolah untuk bekerja dan sekolah ke perguruan tinggi. Teknologi yang digunakan di mana-mana - dalam matematika, ilmu pengetahuan, teknik, transportasi, manufaktur, dan setiap aplikasi bisnis yang dapat Anda pikirkan. Dari transaksi penjualan dan pengendalian persediaan, dengan e-commerce, penggunaan teknologi tidak terbatas.
h. Menggunakan teknologi memungkinkan untuk pertukaran informasi bebas. Meluasnya penggunaan pengolah kata yang kompatibel dan program perangkat lunak grafis memungkinkan informasi dipertukarkan lebih mudah daripada sebelumnya.


BAB II
PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Proses pembejaran lebih diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut dan tidak berupaya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika peserta didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi miskin dalam aplikasi.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara". Teknologi dalam pembelajaran dapat terlihat dari berbagai pola pembelajaran, antara lain:
 Guru hanya untuk sumber belajar
Yaitu guru menjadi satu-satunya sumber pembelajaran. Semua materi yang diperoleh siswa hanya bersumber pada penjelasan guru, tidak ada alat peraga, media dan aneka sumber belajar yang lain, selain materi yang dijelaskan oleh guru. Setiap hari proses pembelajaran yang dilakukan hanya secara lisan saja. Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Sebagai sumber belajar, guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswanya. Guru harus mampu menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya.Guru harus mampu melakukan pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan menentukan materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, dan mana materi yang diingat kembali karena pernah di bahas.
Sehingga profesionalisme guru sangat diperlukan dalam peningkatan mutu pendidikan, karena guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Apabila tenaga pengajar ini bisa dengan profesional melaksanakan tugasnya maka kualitas peserta didik juga akan baik. Setiap guru harus mengetahui bagaimana guru dikatakan profesional, sebab dengan pengetahuan tersebut guru bisa menyesuaikan keadaan yang ada pada dirinya, dalam arti apabila guru tersebut merasa dirinya kurang profesional maka diharapkan ia akan berusaha meningkatkan keprofesionalisme dirinya. Peningkatan profesionalisme guru ini sangat penting demi terwujudnya sumber daya yang berkualitas yang dapat diandalkan. Seorang guru yang professional dapat dilihat dari implementasinya dalam menggunakan metode pembelajaran pada proses kegiatan belajar mengajar. Profesionalisme guru dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya baik itu melalui kegiatan seminar, pelatihan, adanya sertifikasi, melalui kegiatan penyuluhan dan lain-lain.
Dengan keterbatasan sumber meteri pembelajaran diharapkan siswa mampu belajar secara aktif, karena jika hanya guru yang aktif, sedangkan siswanya pasif kemungkinan meteri tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa, dan pembelajaran tidak optimal.

 Guru + alat peraga
Yaitu selain guru menjadi sumber utama dengan kegiatan ceramah juga telah ditunjang dengan adanya alat peraga. Pada dasarnya anak belajar melalui benda / objek kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda – benda kongkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tongkat – tingkat belajar yang berbeda – beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu, sering memerlukan visualisasi. Belajar anak akan meningkat bila ada motivasi. Karena itu dalam pengajaran diperlukan faktor – faktor yang dapat memotivasi Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa, bukan hanya melalui mengingat – ingat fakta.
Jenis alat peraga dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Alat peraga dua dan tiga dimensi
Bagan, grafik, poster, gambar mati, peta datar, peta timbul, globe, papan tulis
b. Alat peraga yang diproyeksikan
Film, slide dan filmstrip
Fungsi alat peraga adalah sebagai berikut:
a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru karena mrupakan bagian yang integral dari situasi mengajar.
c. Penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d. Penggunaannya bukan semata-mata alat hiburan (pelengkap)
e. . Untuk mempercepat proses pembelajaran (menangkap pengertian)
f. Untuk memprtinggi mutu pembelajaran.

 Guru + media
Yaitu selain guru yang menjadi sumber meteri pembelajaran, juga ditunjang dengan adanya media untu membantu proses pembelajaran. Pada umumnya guru telah mengenal teknologi, mereka mampu menerapkan salah satu media yang dikuasainya , sehingga fungsi guru tidak lagi sebagai sumber pokok,namun fasilitator. Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator, ada beberapa hal yang harus dipahami guru. Pertama, guru perlu memahami bebagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman terhadap media penting, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran. Kedua, guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dengan merancang media yang cocok akan memudahkan proses pembelajaran, yang pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Ketiga, guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan sebagai sumber belajar, termasuk memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan tehnolgi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Melalui teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok. Keempat, sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Hal yang sama juga akan terjadi jika guru melakukan pembelajaran dengan cara berbagai tugas dengan media, contohnya seorang guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari sumber atau referensi di media internet terkait dengan tugas tersebut. Namun, ada perbedaan sedikit jika guru melakukan pembelajaran yang dimediakan, yaitu hasil yang dicapai hanya menyentuh segi kognitif dan psikomotorik, tidak menyentuh pada segi afektif siswa.
 Media sebagai satu-satunya sumber belajar
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.Dengan adanya media sebagai satu-satunya sumber belajar
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya :
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
 Guru + aneka sumber belajar
Guru dilengkapi dengan berbagai sumber belajar sangat diharapkan dalam teknologi pembelajaran yang optimal, dengan berbagai sumber yang dikuasai, seorang guru mampu membuat variasi model pembelajaran agar siswa mudah menerima materi pembelajaran.Fungsi Sumber Belajar
a. Meningkatkan produktifitas pendidikan
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
d. Lebih memantapkan pembelajaran
e. Memungkinkan belajar secara seketika
f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media massa




BAB III
MERANCANG PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
A. Dalam pelajaran menyimak media yang digunakan yaitu: guru, siswa, radio, dan tape recorder. Contoh:
1. Guru membacakan satu cerita dari sebuah wacana, siswa mendengarkan dan dapat menceritakan kembali cerita tersebut dengan bahasanya sendiri.
2. Siswa menceritakan pengalamannya saat liburan yang lain mendengarkan.
3. Radio, siswa diberi tugas mendengarkan berita, drama radio.
4. Dengan tape recorder guru dapat memperdengarkan rekaman puisi, drama, pidato, dan lain-lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
B. Dalam pembelajaran berbicara media yang dapat digunakan yaitu: kartu kata, gambar.
1. Kartu kata, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi kata-kata ungkapan kemudian siswa disuruh membuat kalimat menggunakan kata ungkapan yang diperoleh dari kartu yang diambil.
2. Gambar, siswa dapat menceritakan isi gambar yang dipasang di depan kelas secara sistematis sehingga menjadi satu cerita yang utuh.
C. Dalam pembelajaran membaca media yang dapat digunakan yaitu wacana.
Sebuah wacana dipotong menjadi penggalan-penggalan yang kemudian paragrafnya diacak. Setelah itu siswa disuruh menyusun kembali menjadi wacana utuh yang kemudian siswa membaca wacana tersebut sesuai dengan butir pembelajaran yang diajarkan.
D. Dalam pembelajaran menulis media yang dapat digunakan yaitu: gambar, benda, kartu
1. Gambar, guru memperlihatkan gambar seri, siswa ditugasi menceritakan rangkaian gambar tersebut secara tertulis.
2. Benda, sebuah benda nyata yang ada di dalam kelas dapat dijadikan bahan oleh siswa untuk menulis sebuah cerita.
3. Kartu, yang bisa berisi gambar atau simbol-simbol dapat diberikan pada siswa dan siswa dapat menjelaskannya secara tertulis.
E. Dalam pembelajaran apresiasi sastra media yang dapat digunakan yaitu: kaset, gambar.
1. Kaset yang berisi rekaman drama, pembacaan puisi dan cerpen dapat diperdengarkan kepada siswa
2. Gambar, siswa dapat membuat puisi dari gambar yang diamatinya.



Rancangan Penerapan Teknologi Pembelajaran
Pada Keterampilan Berbahasa
Menyimak Dongeng

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Aspek : Menyimak
Kelas : VII A
Alokasi Waktu : 1 x 30 menit

I. Standar Kompetensi
Memahami isi karya sastra lama berupa dongeng .

II. Kompetensi Dasar
a. Menyimak dongeng yang dibacakan secara intensif dan ekspresif.
b. Menemukan pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana).
c. Menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasa siswa sendiri.

III. Indikator
a. Mampu menyimak dongeng yang dibacakan secara intensif dan ekspresif.
b. Mampu menemukan pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana).
c. Mampu menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasa siswa sendiri

IV. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa mampu dongeng yang telah dibacakan dengan intensif dan ekspresif.
b. Siswa mampu menemukan pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana) ang terdapat dalam isi dongeng.
c. Siswa mampu menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasa siswa sendiri.

V. Materi pembelajaran
Dongeng ” Kancil dan Buaya ”


VI. Metode
a. Ceramah : Guru menerangkan materi karya sastra dongeng.
b. Contoh : guru memberikan contoh dongeng kancil dan buaya.
c. Latihan : Guru memberikan tugas untuk mengetahui seberapa banyak penguasaan menyima siswa.

VII. Media dan sumber pembelajaran
Tape recorder, LCD, kertas folio, materi cetak, email

VIII. Pelaksanaan
1. Guru membuka kegiatan belajar-mengajar (KBM) dengan salam dan mempresensi siswa.
2. Guru menjelaskan tentang pokok bahasan yang akan dipelajari yaitu karya sastra dongeng, menggunakan media LCD dalam memaparkan pembahasan tersebut.
3. Guru membagikan materi kepada siswa dan bentuk cetak, agar siswa mampu memahami sendiri materi yang disampaikan.
4. Selanjutnya guru memperdengarkan satu dongeng kepada siswa menggunakan tape recorder.
5. Siswa menyimak dongeng yang dibacakan, sambil mencatat pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana) yang terdapat dalam isi dongeng.
6. Guru memberikan pertanyaan kaitannya dengan isi dongeng, untuk mengetahui seberapa banyak isi yang disimak, dengan menuliskan jawaban pada lembar folio yang dibagikan guru.
7. Guru menunjuk beberapa siswa untuk berani maju menceritakan ulang isi dongeng yang telah diperdengarkan.
8. Guru memberikan tugas kepada siswa lain yang tidak maju untuk melakukan kegiatan menyimak kelompok dengan obyek siswa yang maju.
9. Selanjutnya masing-masing kelompok membuat resume dongeng, diketik rapi lalu mengirimkannya ke email guru.
10. Guru memberikan evaluasi dongeng yang diceritakan ulang oleh siswa tentang kekurangan dan kelebihannya.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Berkembangnya teknologi pembelajaran, memacu guru dan siswa untuk ikut mengetahui, mempelajari dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih beik mengikuti perkembangan yang ada. Teknologi pembelajaran merupakan sebuah konsep perkembangan yang berawal dari penyempitan teknologi pendidikan, yaitu sebagai teori dan praktik dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola,dan menilai proses dan sumber untuk belajar. Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual.
Manfaat teknologi pendidikan:
 Teknologi Pendidikan sebagai peralatan untuk mendukung konstruksi pengetahuan:
 Teknologi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan/sekolah.
 Tekonologi pendidikan dapat meningkatkan fektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
 Teknologi pendidikan dapat mempermudah mencapai tujuan pendidikan.

Saran
Dengan berbagi sumber pembelajaran yang ada, hendaknya seorang guru belajar untuk menguasai semua sumber yang ada, dan pemanfaatannya agar dalam kegiatan belajar mengajar guru mampu memvariasikan sumber yang dikuasainya, guru dan siswa berkembang pengetahuannya, dalam proses menerima materi, siswa tidak cepat bosan, dan belajar dengan optimal.
Tentunya siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, agar antara guru dan siswa sama-sama optimal dalam pembelajaran, sehingga hasil yang dicapai dalam pembeljaran sesiau dengan yang diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/peranan-teknologi-informasi-dalam.html
primajati.files.wordpress.com/.../pemanfaatan-sumber-belajar-dalam-upaya.doc
Murhoffir. 1990. Teknologi instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMP

PERANAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
DALAM PELAJARAN BAHASA INDONESIA
DI SMP


Karya Ilmiah Singkat Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Belajar Pembelajaran 2
Pengampu : Pak Noor Hadi Th.



Oleh :
Diah Ayu Juni Marhenti (K1209020)




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2010


BAB I
PENDAHULUAN

1. Konsep Teknologi Pembelajaran
Teknologi telah merupakan bagian integral dalam setiap masyarakat.
maju suatu masyarakat, maka banyak teknologi yang dihasilkan. Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual. Definisi AECT 1963 tentang komunikasi audio visual adalah cabang dari teori dan praktek pendidikan yang terutama berkepentingan dengan mendisain dan menggunakan pesan guna mengendalikan proses belajar. Kegiatannya meliputi ; a) mempelajari kelemahan dan kelebihan, yang unik maupun relatif, dari pesan baik yang diungkapkan dalam bentuk gambar, maupun yang bukan, dan yang digunakan untuk tujuan apapun dalam proses belajar, dan b) penstrukturan dan sistematisasi pesan oleh orang maupun instrumen dalam lingkungan pendidikan. Kegiatan ini meliputi perencanaan, produksi, pemilihan, manajemen dan pemanfaatan dari komponen maupun keseluruhan sistem pembelajaran. Tujuan praktisnya ialah pemanfaatan tiap metode dan medium komunikasi secara efektif untuk membantu pengembangan potensi pebelajar (orang yang belajar) secara maksimal (Ely, 1963:18-19).
Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar dengan alat bantu audio-visual. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan, psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan. Definisi AECT 1994 : “Teknologi Pembelajaran adalah teori dan praktek dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi tentang proses dan sumber untuk belajar.”

2. Pentingnya Teknologi Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja, bertujuan, dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri seseorang. Usaha ini dapat dilakukan yang memiliki kemampuan dan kompetensi untuk membuat rancangan atau mengembangkan sumber belaja yang diperlukan. Sehingga pembelajaran berjalan efektif dengan pemakaian yang tepat Penggunaan teknologi pembelajaran dianggap penting bagi masyarakat, seiring perkembangannya yang semakin luas,dengan alasan sebagai berikut :
a. Menggunakan teknologi melibatkan siswa dalam proses pembelajaran. Siswa menggunakan teknologi menjadi peserta aktif dalam proses pembelajaran bukan pendengar pasif.
b. Menggunakan teknologi menghilangkan masalah disiplin yang paling. Ketika siswa terlibat dalam pekerjaan, ada sedikit waktu untuk masalah.
c. Menggunakan teknologi memungkinkan siswa untuk mengambil kepemilikan proyek. Ketika siswa tersebut diberdayakan untuk menemukan / jawaban nya sendiri, proses pembelajaran menjadi jauh lebih menarik.
d. Menggunakan teknologi mengubah guru dari ahli wewenang untuk fasilitator. Guru menjadi lebih peserta dari ahli otoritas ketika siswa menggunakan teknologi untuk menemukan jawaban online.
e. Menggunakan teknologi akrab bagi mahasiswa saat ini. menggunakan Teknologi adalah bagian dari proses pembelajaran yang normal bagi siswa, mereka mendapatkan kemudahan dan guru sering belajar program teknologi baru bersama dengan siswa.
f. Menggunakan teknologi mengurangi beban kerja pada guru. Teknologi sebagai alat meningkatkan, dan menggantikan, teks, kertas dan pensil karena siswa dapat menggunakan teknologi untuk kedua referensi dan presentasi.
g. Menggunakan teknologi memungkinkan untuk transisi dari sekolah untuk bekerja dan sekolah ke perguruan tinggi. Teknologi yang digunakan di mana-mana - dalam matematika, ilmu pengetahuan, teknik, transportasi, manufaktur, dan setiap aplikasi bisnis yang dapat Anda pikirkan. Dari transaksi penjualan dan pengendalian persediaan, dengan e-commerce, penggunaan teknologi tidak terbatas.
h. Menggunakan teknologi memungkinkan untuk pertukaran informasi bebas. Meluasnya penggunaan pengolah kata yang kompatibel dan program perangkat lunak grafis memungkinkan informasi dipertukarkan lebih mudah daripada sebelumnya.


BAB II
PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah lemahnya proses pembelajaran. Dalam proses pembelajaran siswa kurang di dorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan sistematis. Proses pembejaran lebih diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal informasi. Otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi tanpa dituntut untuk memahami informasi tersebut dan tidak berupaya untuk menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari. Akibatnya ketika peserta didik kita lulus dari sekolah, mereka pintar secara teoritis, tetapi miskin dalam aplikasi.
Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa "Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara". Teknologi dalam pembelajaran dapat terlihat dari berbagai pola pembelajaran, antara lain:
 Guru hanya untuk sumber belajar
Yaitu guru menjadi satu-satunya sumber pembelajaran. Semua materi yang diperoleh siswa hanya bersumber pada penjelasan guru, tidak ada alat peraga, media dan aneka sumber belajar yang lain, selain materi yang dijelaskan oleh guru. Setiap hari proses pembelajaran yang dilakukan hanya secara lisan saja. Peran guru sebagai sumber belajar berkaitan erat dengan penguasaan materi pelajaran dengan baik dan benar. Guru yang profesional manakala ia dapat menguasai materi pelajaran dengan baik, sehingga benar-benar ia berperan sebagai sumber belajar bagi anak didiknya. Apapun yang ditanyakan siswa berkaitan dengan materi pelajaran yang diajarkannya, ia akan bisa menjawab dengan penuh keyakinan. Sebagai sumber belajar, guru harus memiliki bahan referensi yang lebih banyak dibandingkan dengan siswanya. Guru harus mampu menunjukkan sumber belajar yang dapat dipelajari oleh siswa yang biasanya memiliki kecepatan belajar di atas rata-rata siswa lainnya.Guru harus mampu melakukan pemetaan materi pelajaran, misalnya dengan menentukan materi inti (core), yang wajib dipelajari siswa, mana materi tambahan, dan mana materi yang diingat kembali karena pernah di bahas.
Sehingga profesionalisme guru sangat diperlukan dalam peningkatan mutu pendidikan, karena guru merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Apabila tenaga pengajar ini bisa dengan profesional melaksanakan tugasnya maka kualitas peserta didik juga akan baik. Setiap guru harus mengetahui bagaimana guru dikatakan profesional, sebab dengan pengetahuan tersebut guru bisa menyesuaikan keadaan yang ada pada dirinya, dalam arti apabila guru tersebut merasa dirinya kurang profesional maka diharapkan ia akan berusaha meningkatkan keprofesionalisme dirinya. Peningkatan profesionalisme guru ini sangat penting demi terwujudnya sumber daya yang berkualitas yang dapat diandalkan. Seorang guru yang professional dapat dilihat dari implementasinya dalam menggunakan metode pembelajaran pada proses kegiatan belajar mengajar. Profesionalisme guru dapat ditingkatkan melalui berbagai upaya baik itu melalui kegiatan seminar, pelatihan, adanya sertifikasi, melalui kegiatan penyuluhan dan lain-lain.
Dengan keterbatasan sumber meteri pembelajaran diharapkan siswa mampu belajar secara aktif, karena jika hanya guru yang aktif, sedangkan siswanya pasif kemungkinan meteri tidak dapat diterima dengan baik oleh siswa, dan pembelajaran tidak optimal.

 Guru + alat peraga
Yaitu selain guru menjadi sumber utama dengan kegiatan ceramah juga telah ditunjang dengan adanya alat peraga. Pada dasarnya anak belajar melalui benda / objek kongkrit. Untuk memahami konsep abstrak anak memerlukan benda – benda kongkrit (riil) sebagai perantara atau visualisasinya. Konsep abstrak itu dicapai melalui tongkat – tingkat belajar yang berbeda – beda. Bahkan, orang dewasapun yang pada umumnya sudah dapat memahami konsep abstrak, pada keadaan tertentu, sering memerlukan visualisasi. Belajar anak akan meningkat bila ada motivasi. Karena itu dalam pengajaran diperlukan faktor – faktor yang dapat memotivasi Selanjutnya konsep abstrak yang baru dipahami siswa itu akan mengendap, melekat, dan tahan lama bila siswa belajar melalui perbuatan dan dapat dimengerti siswa, bukan hanya melalui mengingat – ingat fakta.
Jenis alat peraga dikelompokan menjadi dua, yaitu :
a. Alat peraga dua dan tiga dimensi
Bagan, grafik, poster, gambar mati, peta datar, peta timbul, globe, papan tulis
b. Alat peraga yang diproyeksikan
Film, slide dan filmstrip
Fungsi alat peraga adalah sebagai berikut:
a. Sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif.
b. Salah satu unsur yang harus dikembangkan oleh guru karena mrupakan bagian yang integral dari situasi mengajar.
c. Penggunaannya integral dengan tujuan dan isi pelajaran.
d. Penggunaannya bukan semata-mata alat hiburan (pelengkap)
e. . Untuk mempercepat proses pembelajaran (menangkap pengertian)
f. Untuk memprtinggi mutu pembelajaran.

 Guru + media
Yaitu selain guru yang menjadi sumber meteri pembelajaran, juga ditunjang dengan adanya media untu membantu proses pembelajaran. Pada umumnya guru telah mengenal teknologi, mereka mampu menerapkan salah satu media yang dikuasainya , sehingga fungsi guru tidak lagi sebagai sumber pokok,namun fasilitator. Sebagai fasilitator guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses pembelajaran. Agar dapat melaksanakan peran sebagai fasilitator, ada beberapa hal yang harus dipahami guru. Pertama, guru perlu memahami bebagai jenis media dan sumber belajar beserta fungsi masing-masing media tersebut. Pemahaman terhadap media penting, belum tentu suatu media cocok digunakan untuk mengajarkan semua bahan pelajaran. Kedua, guru perlu mempunyai ketrampilan dalam merancang suatu media. Kemampuan merancang media merupakan salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru profesional. Dengan merancang media yang cocok akan memudahkan proses pembelajaran, yang pada gilirannya tujuan pembelajaran akan tercapai secara optimal. Ketiga, guru dituntut untuk mampu mengorganisasikan berbagai jenis media serta dapat memanfaatkan sebagai sumber belajar, termasuk memanfaatkan teknologi informasi. Perkembangan tehnolgi informasi menuntut setiap guru untuk dapat mengikuti perkembangan teknologi mutakhir. Melalui teknologi informasi memungkinkan setiap guru bisa menggunakan berbagai pilihan media yang dianggap cocok. Keempat, sebagai fasilitator guru dituntut agar mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa. Hal ini sangat penting, kemampuan berkomunikasi secara efektif dapat memudahkan siswa menangkap pesan sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar mereka.
Hal yang sama juga akan terjadi jika guru melakukan pembelajaran dengan cara berbagai tugas dengan media, contohnya seorang guru memberikan tugas kepada siswa untuk mencari sumber atau referensi di media internet terkait dengan tugas tersebut. Namun, ada perbedaan sedikit jika guru melakukan pembelajaran yang dimediakan, yaitu hasil yang dicapai hanya menyentuh segi kognitif dan psikomotorik, tidak menyentuh pada segi afektif siswa.
 Media sebagai satu-satunya sumber belajar
Media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang fikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.Dengan adanya media sebagai satu-satunya sumber belajar
Terdapat berbagai jenis media belajar, diantaranya :
1. Media Visual : grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
2. Media Audial : radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
3. Projected still media : slide; over head projektor (OHP), in focus dan sejenisnya
4. Projected motion media : film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya.
Media memiliki beberapa fungsi, diantaranya :
1. Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik.
2. Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas.
3. Media pembelajaran memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
4. Media menghasilkan keseragaman pengamatan
5. Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, konkrit, dan realistis.
6. Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
7. Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar.
8. Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang konkrit sampai dengan abstrak
 Guru + aneka sumber belajar
Guru dilengkapi dengan berbagai sumber belajar sangat diharapkan dalam teknologi pembelajaran yang optimal, dengan berbagai sumber yang dikuasai, seorang guru mampu membuat variasi model pembelajaran agar siswa mudah menerima materi pembelajaran.Fungsi Sumber Belajar
a. Meningkatkan produktifitas pendidikan
b. Memberikan kemungkinan pendidikan yang sifatnya lebih individual
c. Memberikan dasar yang lebih ilmiah terhadap pembelajaran
d. Lebih memantapkan pembelajaran
e. Memungkinkan belajar secara seketika
f. Memungkinkan penyajian pendidikan yang lebih luas, terutama dengan adanya media massa




BAB III
MERANCANG PENERAPAN TEKNOLOGI PEMBELAJARAN
BAHASA INDONESIA
A. Dalam pelajaran menyimak media yang digunakan yaitu: guru, siswa, radio, dan tape recorder. Contoh:
1. Guru membacakan satu cerita dari sebuah wacana, siswa mendengarkan dan dapat menceritakan kembali cerita tersebut dengan bahasanya sendiri.
2. Siswa menceritakan pengalamannya saat liburan yang lain mendengarkan.
3. Radio, siswa diberi tugas mendengarkan berita, drama radio.
4. Dengan tape recorder guru dapat memperdengarkan rekaman puisi, drama, pidato, dan lain-lain yang berkaitan dengan materi yang diajarkan.
B. Dalam pembelajaran berbicara media yang dapat digunakan yaitu: kartu kata, gambar.
1. Kartu kata, guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi kata-kata ungkapan kemudian siswa disuruh membuat kalimat menggunakan kata ungkapan yang diperoleh dari kartu yang diambil.
2. Gambar, siswa dapat menceritakan isi gambar yang dipasang di depan kelas secara sistematis sehingga menjadi satu cerita yang utuh.
C. Dalam pembelajaran membaca media yang dapat digunakan yaitu wacana.
Sebuah wacana dipotong menjadi penggalan-penggalan yang kemudian paragrafnya diacak. Setelah itu siswa disuruh menyusun kembali menjadi wacana utuh yang kemudian siswa membaca wacana tersebut sesuai dengan butir pembelajaran yang diajarkan.
D. Dalam pembelajaran menulis media yang dapat digunakan yaitu: gambar, benda, kartu
1. Gambar, guru memperlihatkan gambar seri, siswa ditugasi menceritakan rangkaian gambar tersebut secara tertulis.
2. Benda, sebuah benda nyata yang ada di dalam kelas dapat dijadikan bahan oleh siswa untuk menulis sebuah cerita.
3. Kartu, yang bisa berisi gambar atau simbol-simbol dapat diberikan pada siswa dan siswa dapat menjelaskannya secara tertulis.
E. Dalam pembelajaran apresiasi sastra media yang dapat digunakan yaitu: kaset, gambar.
1. Kaset yang berisi rekaman drama, pembacaan puisi dan cerpen dapat diperdengarkan kepada siswa
2. Gambar, siswa dapat membuat puisi dari gambar yang diamatinya.



Rancangan Penerapan Teknologi Pembelajaran
Pada Keterampilan Berbahasa
Menyimak Dongeng

Mata Pelajaran : Bahasa Indonesia
Aspek : Menyimak
Kelas : VII A
Alokasi Waktu : 1 x 30 menit

I. Standar Kompetensi
Memahami isi karya sastra lama berupa dongeng .

II. Kompetensi Dasar
a. Menyimak dongeng yang dibacakan secara intensif dan ekspresif.
b. Menemukan pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana).
c. Menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasa siswa sendiri.

III. Indikator
a. Mampu menyimak dongeng yang dibacakan secara intensif dan ekspresif.
b. Mampu menemukan pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana).
c. Mampu menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasa siswa sendiri

IV. Tujuan Pembelajaran
a. Siswa mampu dongeng yang telah dibacakan dengan intensif dan ekspresif.
b. Siswa mampu menemukan pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana) ang terdapat dalam isi dongeng.
c. Siswa mampu menceritakan kembali isi dongeng dengan bahasa siswa sendiri.

V. Materi pembelajaran
Dongeng ” Kancil dan Buaya ”


VI. Metode
a. Ceramah : Guru menerangkan materi karya sastra dongeng.
b. Contoh : guru memberikan contoh dongeng kancil dan buaya.
c. Latihan : Guru memberikan tugas untuk mengetahui seberapa banyak penguasaan menyima siswa.

VII. Media dan sumber pembelajaran
Tape recorder, LCD, kertas folio, materi cetak, email

VIII. Pelaksanaan
1. Guru membuka kegiatan belajar-mengajar (KBM) dengan salam dan mempresensi siswa.
2. Guru menjelaskan tentang pokok bahasan yang akan dipelajari yaitu karya sastra dongeng, menggunakan media LCD dalam memaparkan pembahasan tersebut.
3. Guru membagikan materi kepada siswa dan bentuk cetak, agar siswa mampu memahami sendiri materi yang disampaikan.
4. Selanjutnya guru memperdengarkan satu dongeng kepada siswa menggunakan tape recorder.
5. Siswa menyimak dongeng yang dibacakan, sambil mencatat pokok- pokok dongeng (apa, siapa, kapan, dimana) yang terdapat dalam isi dongeng.
6. Guru memberikan pertanyaan kaitannya dengan isi dongeng, untuk mengetahui seberapa banyak isi yang disimak, dengan menuliskan jawaban pada lembar folio yang dibagikan guru.
7. Guru menunjuk beberapa siswa untuk berani maju menceritakan ulang isi dongeng yang telah diperdengarkan.
8. Guru memberikan tugas kepada siswa lain yang tidak maju untuk melakukan kegiatan menyimak kelompok dengan obyek siswa yang maju.
9. Selanjutnya masing-masing kelompok membuat resume dongeng, diketik rapi lalu mengirimkannya ke email guru.
10. Guru memberikan evaluasi dongeng yang diceritakan ulang oleh siswa tentang kekurangan dan kelebihannya.
BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan

Berkembangnya teknologi pembelajaran, memacu guru dan siswa untuk ikut mengetahui, mempelajari dan menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran, agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan lebih beik mengikuti perkembangan yang ada. Teknologi pembelajaran merupakan sebuah konsep perkembangan yang berawal dari penyempitan teknologi pendidikan, yaitu sebagai teori dan praktik dalam merancang, mengembangkan, memanfaatkan, mengelola,dan menilai proses dan sumber untuk belajar. Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan komunikasi audio visual.
Manfaat teknologi pendidikan:
 Teknologi Pendidikan sebagai peralatan untuk mendukung konstruksi pengetahuan:
 Teknologi pendidikan dapat meningkatkan mutu pendidikan/sekolah.
 Tekonologi pendidikan dapat meningkatkan fektifitas dan efisiensi proses belajar mengajar.
 Teknologi pendidikan dapat mempermudah mencapai tujuan pendidikan.

Saran
Dengan berbagi sumber pembelajaran yang ada, hendaknya seorang guru belajar untuk menguasai semua sumber yang ada, dan pemanfaatannya agar dalam kegiatan belajar mengajar guru mampu memvariasikan sumber yang dikuasainya, guru dan siswa berkembang pengetahuannya, dalam proses menerima materi, siswa tidak cepat bosan, dan belajar dengan optimal.
Tentunya siswa dituntut aktif dalam pembelajaran, agar antara guru dan siswa sama-sama optimal dalam pembelajaran, sehingga hasil yang dicapai dalam pembeljaran sesiau dengan yang diharapkan.



DAFTAR PUSTAKA

Miarso, Yusufhadi. 2004. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Prenada Media.
http://ventidanokarsa.blogspot.com/2009/05/peranan-teknologi-informasi-dalam.html
primajati.files.wordpress.com/.../pemanfaatan-sumber-belajar-dalam-upaya.doc
Murhoffir. 1990. Teknologi instruksional. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya