$3%73.....Serasa d'Jepang

$3%73.....Serasa d'Jepang
$@ku%@

Kamis, 30 Juni 2011

Mantra

MANTRA
A. PENGERTIAN
KONON, mantra berasal dati kata “man”, yang berarti pikiran, dan “tra”, yang berarti alat. Jadi “mantra” berarti “alat dari pikiran”. Pengertian mantra menurut Mantra Yoga adalah sebagai berikut :
“Mantras (or mantrams) are words, phrases, or syllables, which are chanted thoughtfully and with growing attention”
["Mantra/mantram adalah kata-kata, ungkapan atau suku-kata yang secara khusuk dilagukan berulang-ulang dengan konsentrasi yang semakin meningkat"].
Mantra adalah suatu idiom atau kata khusus yang mempunyai arti tersendiri. Bahkan, menyimpan kekuatan dahsyat yang terkadang sulit diterima akal sehat. Dan menurut ajaran agama Hindu, mantra adalah kata- kata yang diyakini sebagai wahyu yang diterima oleh manusia pilihan, sebagai alat komunikasi khusus dengan Tuhan atau dewa-dewa yang merupakan manifestasi dari kekuatan-Nya. Karena itu tidaklah mengherankan kalau mantra begitu dikeramatkan, dan tidak boleh sembarang orang mengucapkannya sebelum pemah mewinten (disucikan secara ritual). Selain itu, tidak boleh pula diucapkan di tempat-tempat yang tidak pantas. Demikianlah konsep mantra menurut Hindu.
Dalam bahasa Latin kita mengenal kata alpha dan omega. Alpha berarti awal dan omega, akhir. Dalam agama Hindu kedua kata ini disingkat dengan kata “Om” (awal-akhir), yang berasal dari kata Aum atau semangat Sabda Allah yang menciptakan melestarikan dan mentransformasikan mantra Hindu: “Asato Ma Sat Gamayo”, yakni “Bimbinglah aku dari dunia maya ke dunia Nyata”.
Aum terdiri dari tiga huruf yakni A, U, dan M. A adalah simbol Dewa Brahmana, wujud Tuhan dalam waktu menciptakan alam semesta ini. Konon, pada waktu mengucapkan huruf “A” itu, bentuk mulut mulai terbuka. Kemudian huruf “u” adalah simbol Dewa Wisnu, manifestasi Tuhan dalam waktu memelihara dan melindungi alam. Saat mengucapkan huruf ini, bibir dipanjangkan seperti sikap melindungi bagian dalam dari mulut itu sendiri. Ada pun huruf “M” adalah simbol Dewa Siwa, manifestasi Tuhan yang mengembalikan segalanya ke asalnya. Pada waktu mengucapkan huruf ini, bibir kelihatan terkatup rapat kembali sebagaimana asalnya sebelum terbuka.
Setelah masuknya Islam, pemantraan masih tetap dikenal dalam khasanah mistik kita. Mungkin, hanya istilah-istilah saja yang berbeda, misalnya ajian, jampi dan lain sebagainya, seperti dalam Kitab Mujarobat. Sebenarnya istilah-istilah tersebut tetap mengandung arti sama, yang (dipercaya) menyimpan tuah tertentu. Berkaitan penggunaan kata “Om”, dalam mantra-mantra bemafaskan Islam umumnya lalu diganti dengan “Bismillahirrohmanirrohim”, yang hakikatnya sama.

B. JENIS MANTRA
Berdasakan atas fungsinya dan kandungan kekuatan magis mistisnya, mantra dapat digolongan menjadi 4 jenis:
(1) MANTRA JAYA KAWIJAYAN: untuk kekuatan dan kemenangan. MISALNYA SEMAR KUNING: Aku umbulna menyang Suralaya, Jalukna Klambiku si Klonthong Wesi, Sabet nggeng, Lot kelot-kelot, Teguh alot, Ya iki klambiku si Klonthong Wesi. Mantra ini digunakan untuk kekebalan dari tusukan senjata tajam dan pukulan.
(2). MANTRA PANULAKAN, untuk menolak dan kandungan kekuatannya mampu untuk mengembalikan atau merintangi kekuatan lain yang berasal dari lawan baik yang berasal dari manusia maupun kekuatan lain. GUMBALA GENI: Kuci-kuci omahku Gumbala Geni, Lurungku si Alas Agung, Ngarepku segara gunung, Latarku latar bengawan, Joganku jogan segara, Sapa sumedya tumerah ala marang aku, Kena katujawa bingleng, Teka bingleng teka bungleng saking kersane Allah. Mantra ini menolak perbuatan jabat dan membuat bingung pihak lain.
(3) MANTRA PENGASIHAN, untuk menimbulkan cinta dan mempunyai kandungan kekuatan yang mampu mengubah atau menimbulkan rasa cinta kasih seseorang. Contoh MANTRA JARAN GOYANG: Bismillahirrohmanir rohim, Niyat ingsung matek ajiku si Jaran Goyang, Sabete sada lanang, Tak sabetake gunung jugruk, Tak sabetake segara asat, Tak sabetake lemah bongkah, Sira mulya ingsun kongkon, Golekana jabang bayine … (nama dimaksud), Caketna marang jabang bayine …. (nama diri) Yen bocah turu gugahen, Yen wis nglilir lungguhna, Yen wis ngadeg lakokna, Caketna marang jabang bayine … (nama diri), Ora suwe tak enteni, Neng ngarep lawang Medinah, Aku durung pati-pati lunga, Yen durung caket jabang bayine …. (nama dimaksud), Wassalammu alaikum warrohmatullahi wabarokatuh.
Contoh lain: MANTRA MELAYU PENAMBAT KASIH Ini mantra yang dipraktekkan oleh pria Melayu untuk menambatkan wanita sang pujaan hati agar tidak serong karena terpuaskan dalam hubungan intim. Sebelum berhubungan intim, tubuh harus mandi dan memakai parfum yang harum. Mantra ini diucapkan satu kali oleh sang suami menjelang bersetubuh. Bismillahir Rahmanir Rahim, Cang cang setandang besi, Anak harimau setandang malam, Keras kalam menjadi besi, Keras siang hingga ke malam, Keras seperti besi khursaini, Panah batu, batu runtuh, Panah gunung, gunung runtuh, Panah selera dengan aku, Oh nyaman, oh berkat aku pakai, Dengan berkat La ilaha illa llah
4. MANTRA PALEREMAN. Fungsinya untuk meredakan kemarahan orang lain yang marah kepada kita. Kandungan kekuatannya mampu menetralisir emosi negatif agar tenang dan netral. Diucapkan saat ada orang lain marah. Misalnya MANTRA PANGLARUTAN: Sukma rasa sira sun kongkon laruten banyune Si ……. (sebut nama dimaksud), Cucupen banyune lan ilangana karepe, Lemes lemes saking kersane Allah.
Di dalam mantra yang lengkap tercakup unsur judul, unsur pembuka, unsur niat, unsur sugesti, unsur tujuan dan unsur penutup. Unsur sugesti merupakan unsur yang PALING PENTING DAN PALING POKOK dalam struktur mantra. Unsur sugesti memiliki daya atau kekuatan untuk membangkitkan potensi kekuatan magis atau kekuatan gaib. Mengingat mantra memiliki spesifikasi, maka unsur sugesti pada mantra berbeda-beda meskipun fungsinya bisa sama. Misalnya, sama-sama berfungsi untuk pengasihan, namun tiap mantra unsur sugestinya beda. Unsur sugesti berupa ungkapan metafora atau analogi yang bersfta INDIVDUAL UTTERANCE.
Misalnya pada Aji bandung Bandawasa: “Matek ajiku bandung Bandawasa, Ototku kawat, Balungku wesi, Kulitku tembaga, Sabet nggeng, Lot kelot kelot, Teguh alot”
Meskipun UNSUR SUGESTI ini sangat penting namun sama sekali tidak berlaku jika tidak diikuti dengan unsur LAKU. Jadi aspek magis mistis sebuah amalan berpusat pada unsur SUGESTI dan LAKU MISTIK pengamalnya. Jika diperhatikan, unsur sugesti yang dianggap memiliki daya magis dapat dipilah menjadi beberapa macam:
(1). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan alam, binatang, bunga.
(2). Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan mitos tokoh baik dari dunia perwayangan maupun tokoh mitologi.
(3) Ungkapan magis yang mendasarkan pada kekuatan Allah, Malaikat, nabi, Dewa, Raja, resi atau Pertapa.
Seberapa jauh Laku Mistik dapat menjamin keberhasilan amalan? Keberhasilannya sifatnya tergantung penghayatan subyektif. Laku mistik berhubungan dengan kepercayaan dan keyakinan seseorang. Semakin sungguh-sungguh dan yakin seyakin-yakinnya saat menjalani laku amalan maka amalan ajian akan bisa berhasil.

Tradisi Jawa mengenal laku mistik yaitu:
(1). PUASA.PUASA BIASA seperti saat puasa Ramadhan. Ada yang hanya makan sekali saat tengah malam. PUASA MUTIH: hanya makan makan nasi putih, minum air putih. Mutih ada beberapa cara: NGEPEL yaitu banyaknya makan diukur dengan jumlah hari lama berpuasa, Sekali makan tidak tambah, makan hanya diwaktu siang atau malam. PUASA NGROWOT: makan berasal dari makanan yang berasal dari tanah dan harus tawar. Pelaksanaannya seperti puasa biasa atau puasa mutih. PUASA NGALONG: yang dimakan hanya makanan jenis buah-buahan dan harus tawar, pelaksanaan seperti biasa.
(2). NGEBLENG: tidak makan-minum, waktu biasanya sehari semalam. Tidak boleh keluar rumah.
(3).NLOWONG: tidak makan minum, waktu sehari semalam, tidak terbatas ruangan.
(4).PATI GENI: tidak menghidupkan api dan berada di dalam ruangan tertutup.
(5).KUNGKUM: berendam di air sungai, menantang arus air dan dipertemuan arus sungai.
(6).MELEK: tidak tidur siang malam, baik di dalam maupun di luar rumah.
(7). MENDEM: mengubur diri di dalam tanah dengan udara secukupnya dengan sikap seperti orang mati
(8). NGEDAN: bertingkah seperti orang gila di tempat umum
(9). BISU: tidak bicara
(10). BERJALAN: tidak boleh duduk. Boleh istirahat, tidur, makan, minum sambil berdiri. Tidak boleh masuk rumah/ruang.
(11). SESIRIK: menjauhi segala kesenangan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar